Khutbah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Berbahasa Sunda Pegon Zaman Jepang
Kamis, 9 Juli 2020 | 22:00 WIB
khutbah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam versi terjemahan bahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) yang termuat dalam majalah "al-Syu’lah" edisi 1 Rajab 1363 Hijriah
A. Ginanjar Syaban
Kolomnis
Berikut ini adalah penggalan khutbah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam versi terjemahan bahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) yang termuat dalam majalah al-Syu’lah edisi 1 Rajab 1363 Hijriah (bertepatan dengan 1 Juli tahun Jepang 2604 atau tahun Masehi 1944), nomor 5 tahun 1.
Majalah al-Syu’lah adalah majalah berbahasa Sunda Pegon yang terbit pada zaman pendudukan Jepang yang penerbitannya dikeluarkan oleh “Gunseikanbu Shumubu” (Departemen Agama Pemerintahan Balatentara Jepang). Di halaman terakhir majalah, terdapat keterangan pencetaknya adalah Gun-Kanetsu-Han yang beralamat di Pemandangan, Jakarta.
Khutbah KH Hasyim Asy’ari dalam bahasa Sunda Pegon ini termuat secara lengkap dalam 3 lembar halaman (hal. 16-18). Tertulis dalam pembukaan khutbah:
بيانتارانا سسفوه اݢوڠ مشيومي
كيائي الحج هاشم أشعري دينا فاتمؤن علما دي ساكولياه/ جاوا تڠاه تڠݢل 25 جوني 2604 دي سؤلؤ
(Biantarana sesepuh agung Masyumi// Kiyai Haji Hasyim Asy’ari dina patemon ulama di sakawilayah/ Jawa Tengah tanggal 25 Juni 2604 di Solo [Khutbah sesepuh besar Masyumi Kiyai Haji Hasyim Asy’ari dalam pertemuan ulama seluruh wilayah Jawa Tengah tanggal 25 Juni 22604 di Solo])
Setelah membuka dengan basmalah, hamdalah dan shalawat dalam bahasa Arab, Hadratussyekh kemudian mengatakan dalam bahasa Sunda:
كلايان أسمانا الله انو ميكا اسيه سرتا ميكاڽاءه. سݢال فوجي ايت كاݢوڠان الله ݢوستي نو موربيڠ عالم. رحمة جڠ كابݢجاءن كاجوڠ جوڠان اورڠ نبي اݢوڠ محمد صلى الله عليه وسلم جڠ كاساكابيه كولاورݢانا سرتا كا فارا صحابة نا
(Kalayan asmana Allah anu mikaasih sarta mikanyaah. Sagala puji eta kagungan Allah Gusti nu murbeng alam. Rahmat jeung kabagjaan ka jungjungan urang Nabi agung Muhammad SAW jeung sakabeh kulawargana sarta ka para sahabatna [Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji milik Allah yang menguasai alam raya. Rahmat dan kebahagiaan tercurah untuk jungjungan kita Nabi agung Muhammad SAW beserta semua keluarga dan para sahabatnya])
سيم كوريڠ ڽڠݢاكن كافارا جوراݢان سادايا شوكور سرتا اوچافان ويلوجڠ سومفيڠ تينا كاساتياءن فارا جوراݢان نو فارنتوس سامي كرسا ڠابولكن أونداڠان فيكن ڠاهاضيران ايئي فاتمون
(Sim kuring nyanggakeun ka para juragan sadaya syukur sarta ucapan wilujeng sumping tina kasatiaan para juragan nu parantos sami kersa ngabulkeun ondangan pikeun ngahadiran ieu patemon [Saya menghaturkan kepada para tuan semua rasa syukur (terima kasih) dan ucapan selamat datang atas kesetiaan para tuan yang sudah berkenan memenuhi undangan guna menghadiri pertemuan ini])
Saya menjumpai majalah al-Syu'lah edisi nomor 5 tahun 1 di rumah Ajengan Ahmad Muhibbuddin, keluarga pengasuh pesantren Nurul Fata, Cikondang, Sukabumi.
* * * * *
Teks khutbah berbahasa Sunda di atas sejatinya adalah terjemahan dari teks asli yang ditulis dalam bahasa Arab dan disampaikan dalam rapat pertemuan para ulama Jawa Tengah yang diadakan di kota Solo pada 25 Juni 1944. Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari menyampaikan khutbah tersebut dalam kapasitasnya sebagai pucuk pimpinan tertinggi umat Muslim Indonesia.
Teks asli berbahasa Arab khutbah di atas dimuat dalam majalah Soeara Moeslimin Indonesia edisi Rajab 1363 Hijriah (Juli tahun Jepang 2604 atau 1944 tahun Masehi). Soeara Moeslimin Indonesia adalah majalah berbahasa Melayu-Indonesia beraksara Latin (di dalamnya terdapat sisipan bahasa Jepang dan bahasa Arab) yang diterbitkan oleh Madjelis Sjoero Moeslimin Indonesia (Masjoemi).
Dalam majalah Soeara Moeslimin Indonesia, pidato asli berbahasa Arab Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari tersebut termuat secara lengkap dalam dua halaman (hal 2-3). Tertulis penggalan tiga paragraf pertama pidato tersebut:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف المرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين.
أيها الاخوان العلماء الكرام
أرفع الى حضراتكم جميل الشكر وأطيب التهاني على تلبيتكم الدعوة لحضور هذا الاجتماع. وما دفعكم الى الحضور هنا الا الرغبة الأكيدة للعمل المجدي مع الحكومة العسكرية والارادة القوية لرفع شأن الإسلام والاهتمام بأمر المسلمين كما أمرنا بذلك رسولنا الأعظم محمد صلى الله عليه وسلم (صلعم).
اليوم يجتمع هنا (بمدينة صالو) علماء جاوا الوسطى كما اجتمع من قبل علماء جاوا الشرقية بمدينة سورابيا. ونسأل الله تعالى أن يجعل اجتماعنا هذا اجتماعا مباركا يكون لنا منه خير الدنيا وثواب الآخرة. آمين.
* * * * *
Selain khutbah berbahasa Sunda di atas, saya juga menjumpai tulisan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari lainnya yang berbahasa Sunda (sebagai terjemahan dari teks aslinya yang berbahasa Melayu). Tulisan tersebut termuat dalam majalah al-Mawaidz (Pangrojong Nahdlatoel Oelama Tasikmalaja)” edisi nomor 4 tahun 1933. Al-Mawaidz adalah sebuah majalah berbahasa Sunda yang diterbitkan oleh Bestuur (Cabang) Nahdlatul Ulama Tasikmalaya sepanjang tahun 1933 hingga 1935.
Adalah Kang Ajengan Iip D. Yahya, penulis dan sejarawan Jawa Barat, yang telah berbaik hati mengirimi saya tulisan KH Hasyim Asy’ari berbahasa Sunda dalam majalah Al-Mawaidz tersebut.
Tulisan Hadratusayekh KH Hasyim Asy’ari sebagaimana dimaksud di atas berisi surat tanggapan beliau seputar hukum membangun rumah fakir miskin dari harta zakat. Kasus “rumah miskin” ini sempat mencuat sebagai polemik di Tasikmalaya pada saat itu antara sesama ulama tradisionalis. Surat tersebut ditulis di Tebuireng, bertanggal 18 Agustus 1933 Masehi.
Tertulis dalam pengantar surat tulisan KH Hasyim Asy’ari yang dimaksud:
“Dina Al-Mawaidz noe ti pajoen parantos didjawab patarosan tina hal Roemah Miskin noe bade ngadeg di oerang Tasik, noemoetkeun pamendak, kenging inchtiar di Tasik bae.
Barang nampi eta patarosan, redaksi henteu mertjantenkeun ka Oelama Nahdloh di Tasikmalaja bae, namoeng enggal njoehoenkeun timbanganana oelama-oelama noe ternama, parantos kasjohor di kalangan Islam Indonesia, sapertos: Kiai Hasjim bin Asj'ari, Rois Hoofsbestuur Nahdlatoel Oelama, adjengan di Teboe Ireng, Djombang; Kiai H. Ahmad Sanoesi Tanah Tinggi Batawi, biasa disebat Adjengan Tjantajan; Kiai Natadilaga Dawoean, Mantri Goeroe pangsioen.
Ieu di handap disanggakeun, satjeplasna timbanganana Adjengan Hasjim Asj'ari, noe geus kapertjanten djadi panoengtoen koe poeloeh-poeloeh reboe kaom Moeslimin henteu ratoes reboe oge”
(Dalam Al-Mawaidz edisi yang lalu, telah dijawab pertanyaan perihal Rumah Miskin yang akan dibangun di Tasik. […?...]
Ketika menerima pertanyaan terebut, redaksi tidak hanya mempercayakan jawabannya kepada para ulama NU di Tasikmalaya saja, tetapi juga segera meminta pertimbagan dari ulama-ulama yang ternama, yang sudah masyhur di kalangan Islam Indonesia, seperti Kiai Hasyim Asy’ari Rois Hoofbestuur NU, seorang ajengan di Tebu Ireng [Jombang], juga kepada KH Ahmad Sanusi Tanah Tinggi Batavia, yang biasa disebut Ajengan Cantayan [Sukabumi], juga kepada Kiai Natadilaga di Dawuan [Cikampek, Karawang], seorang mantra guru pension
Di bawah ini dikemukakan sejelas-jelasnya pandangan Ajengan Hasyim Asy’ari, yang sudah terpercaya menjadi panutan oleh puluhan ribu kaum Muslim, jika tidak oleh ratusan ribu). Wallahu A’lam.
Sukabumi, Kapit-Dzulkaedah 1441 Hijri/ Juli 2020 Masehi
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua