Arus deras informasi di era digital menuntut masyarakat lintas generasi agar cerdas menangkap konten-konten yang bertebaran di dunia maya, baik melalui portal atau situs berita maupun media sosial. Langkah ini dilakukan karena tidak sedikit informasi palsu (hoaks) atau berita bohong (fake news) yang kerap mempengaruhi seseorang sehingga berdampak pada tatanan sosial yang terganggu, menimbulkan keresahan, dan perpecahan antarelemen bangsa.
Atas sedikit banyak dampak yang ditimbulkan dari era digital ini, sejumlah elemen bangsa sadar akan tantangan hebat yang bakal dihadapi oleh generasi Indonesia ke depan. Sebelum menginjak ke berbagai tantangan yang lebih serius, kelompok yang sadar akan keberlangsungan Indonesia terus berupaya membekali anak-anak yang disebut generasi milenial ini untuk memperkuat literasi digital.
Generasi milenial disebut juga Generasi Z. Merujuk pada abjad huruf, Z merupakan huruf terakhir sehingga bisa dikatakan bahwa generasi milenial merupakan generasi terakhir dengan perkembangan teknologi yang luar biasa. Dalam klasifikasi generasi era digital, generasi ini disebut native digital, generasi yang lahir ketika era digital telah berkembang pesat.
Adapun generasi satunya disebut digital immigrant. Generasi ini lahir ketika terjadi proses transformasi digital. Lahir ketika era internet belum berkembang pesat bahkan belum ada perkembangan internet, kemudian saat ini dihadapkan pada era di mana generasi asli digital atau native digital juga menghadapinya.
Kelompok digital immigrant inilah yang sadar akan tantangan perkembangan digital bagi masa depan bangsa dan generasi mudanya sehingga terus mendorong literasi digital agar generasi Z tidak terlalu terbius dengan virus digital dan segala sesuatu yang mengiringinya. Namun, kelompok digital immigrant juga tidak sedikit yang terpengaruh dengan gaya kehidupan generasi milenial.
Langkah pencerdasan generasi milenial inilah yang membuat seorang M. Hasan Chabibie menulis buku tentang Literasi Digital: Transformasi Pendidikan dan Inspirasi Generasi Milenial. Buku setebal 219 halaman ini memuat tentang langkah pencerdasan generasi Z dengan pemahaman substantif tentang literasi digital dengan mengemukakan sejumlah contoh insipratif dari berbagai tokoh yang sukses membangun kerajaan digitalnya.
Di antara tokoh-tokoh yang sukses yang membangun kerajaan digital yang diungkapkan Hasan Chabibie yaitu, pendiri Facebook Mark Zuckerberg; pendiri Google Lary Page dan Sergey Brin; pendiri Twitter Evan Williams, Jack Dorsey, Christoper Biz Stone, dan Noah Glass; dan pendiri Alibaba Jack Ma. Mereka menghiasi dunia digital dengan berbagai platform yang bisa digunakan oleh generasi milenial untuk berinteraksi dengan sesamanya, baik untuk kebutuhan sosial, bisnis, pendidikan, dan lainnya.
Poin penting yang diungkap dari kisah para pendiri kerajaan digital tersebut ialah komitmen yang kuat dalam melakukan inovasi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan manusia zaman modern sehingga dalam buku yang diterbitkan oleh Pustekkom Kemdikbud dan NusantaraPro ini juga memberikan gambaran jelas terkait karakteristik generasi milenial. Perkembangan era digital satu sisi bisa memperkuat bangunan kemanusiaan sebuah bangsa, tetapi di sisi lain juga dengan mudahnya masyarakat terpengaruh dengan arus informasi yang beredar sehingga potensi perpecahan juga mudah tersulut.
Hal ini seperti yang Hasan Chabibie tulis di halaman 49: “Di tengah arus media digital yang demikian massif, kebinekaan yang menjadi identitas warga Indonesia mendapat ancaman (tantangan, red) serius. Ancaman itu berupa meningkatnya eskalasi kebencian dan provokasi yang disebarkan secara massif melalui media sosial. Revolusi teknologi dan mudahnya akses media sosial ternyata menyimpan ruang gelap berupa kebencian dan isu-isu negatif yang dihembuskan kelompok radikal.”
Kelompok yang radikal yang diidentifikasi Hasan Chabibie tidak terlapas dari kelompok konservatif yang menghembuskan isu-isu keagamaan untuk kepentingan politik kekuasaan. Namun sebelumnya, kelompok ini sudah beredar di Indonesia dengan upaya meresahkan masyarakat dengan dalil-dalil keagamaan yang cenderang menyerang tradisi keagamaan masyarakat Indonesia.
Kini ruang mereka lebih luas di era perkembangan digital dengan merambah dakwah di media sosial untuk mempengaruhi masyarakat secara luas dengan pemikiran-pemikiran radikal dan dalil-dalil keagamaan yang konservatif. Di sinilah tantangan besar generasi milenial agar lebih cerdas dalam memilah dan memilih informasi yang harus diikuti atau dikonfirmasi kebenarannya (tabayun).
Era digital ini tidak memungkiri bahwa yang selama ini berkembang justru wacana-wacana keagamaan kontraproduktif karena agama yang seharusnya bisa memperkuat persaudaraan (ukhuwah) berbagai elemen bangsa justru menjadi pemicu perpecahan di antara anak bangsa.
Sehingga tidak heran ketika KH Ahmad Ishomuddin (2017) mengatakan, generasi saat ini mempunyai semangat belajar keagamaan yang tinggi, tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan memahami agama itu sendiri. Sebab itu, belajar kepada guru, ustadz, dan kiai yang tepat mempunyai peran yang sangat penting untuk mendukung gagasan literasi digital.
Dalam buku ini, Hasan Chabibie juga mengemukakan sejumlah kemudahan akses pendidikan yang dipengaruhi oleh perkembangan digital. Betapa perkembangan digital ini mampu menjangkau luas berbagai elemen bangsa untuk mengakses pendidikan seluas-luasnya melalui inovasi pendidikan melalui berbagai platform aplikasi digital.
Artinya, perkembangan digital dalam dunia pendidikan merupakan salah satu langkah mewujudkan gagasan literasi digital. Generasi milenial yang mempunyai karakter lebih dominan dalam mengakses informasi melalui internet ketimbang buku harus diimbangi dengan konten-konten dan aplikasi positif dalam dunia pendidikan.
Namun, di tengah perkembangannya, literasi digital ini juga harus menjadi media untuk anak bangsa bahwa belajar langsung kepada seorang guru yang tepat juga menjadi bekal dalam mengarungi dunia digital. Karena, bekal ini akan bermanfaat bagi generasi milenial untuk mengisi dunia maya dengan konten-konten positif dalam rangka membangun Indonesia yang kuat dan agama yang lebih ramah untuk kehidupan bersama. Selamat membaca!
Identitas buku
Judul: Literasi Digital: Transformasi Pendidikan dan Inspirasi Generasi Milenial
Penulis: M. Hasan Chabibie
Penerbit: Pustekkom Kemdikbud dan NusantaraPro
Cetakan: Pertama, 2017
ISBN: 978-998-887-501-xx
Tebal: 219 halaman
Peresensi: Fathoni Ahmad