Pustaka

Sang Revolusioner Islam Abad Modern

Ahad, 10 Juni 2007 | 23:00 WIB

Oleh Ach. Syaiful A'la*

Judul Buku: Ahmadinejad! David di Tengah Angkara Dalam Goliath Dunia
Pengantar: Rosianna Silalahi
Penerbit: PT Mizan Publika
Cetakan: V, Januari 2007
Tebal: xxvi + 303 hlm

Masih ada negara yang berani menantang Amerika Serikat (AS)? Jawabannya, ada. Satu dari sekian negara itu adalah Iran, Mahmoud Ahmadinejad sebagai presidennya. Berbagai pernyataannya seputar nuklir dan Israel menyulut kemarahan sang Adikuasa, AS dan sekutunya. Ahmadinejad tetap bersikukuh pada pendirian dan menunjukkan kegigihannya untuk menentang tekanan-tekanan terhadap negaranya terkait program nuklir.

<>

Tak bisa disangkal lagi, Ahmadinejad adalah Presiden Iran yang paling kontoversial sejak Revolusi Iran tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini. Dia adalah presiden yang tidak berasal dari kalangan Mullah yang menjadi status-quo selama beberapa tahun mendominasi hampir semua kekuasaan di Iran.

Ahmadinejad juga bukan orang dari kalangan elit yang dekat dengan kekuasaan, tidak mempunyai jejak-rekam (track-record) sebagai politisi dengan sebagian sumber dana untuk meraih pucuk kekuasaan, tetapi hanyalah seorang revolusioner yang mampu merebut hati masyarakat dari tingkat akar rumput.

Ahmadinejad tak pelak merupakan politisi misteri dan penuh keajaiban. Hampir banyak orang tidak tahu secara rinci latar belakangnya sebelum menjadi Wali Kota Teheran, termasuk sebagai Gubernur Ardabil periode 1993-1997, jauh dari jangkauan sorotan media atau pun guratan pena para wartawan. Namun, setelah menjadi Wali Kota, barulah khalayak mengenal dari dekat prestasi yang mampu diraihnya selama menjabat dan menyukai kebijakan-kebijakan populisnya dengan membela kepentingan rakyat kecil di atas kepentingan kelompok elit.

Hal yang menarik dari putra kelahiran Teheran ini adalah konsep kesederhanaannya dalam birokrasi pemerintah sebagai kepala negara, jabatan presiden bukanlah kesempatan untuk mengambil peluang demi kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya. Tetapi semata-mata untuk kepentingan bersama, bangsa dan negara. Contoh kecil, hidangan untuk para tamu negara di Kantor Istana Kepresidenan Ahmadinejad buah mentimun, anggapan Ahmadinejad, kalau para tamu diberi suguhan berupa buah pisang saja sudah dianggap terlalu mahal.

Hal lain yang perlu dicontoh Ahmadinejad, konsep yang digunakan ketika kampanye pencalonan dirinya sebagai Presiden Iran. Kubu yang mendukung terhadap percalonan dirinya tidak terlalu banyak memamerkan spanduk, umbul-umbul, stiker, dan sponsor-sponsor di media cetak maupun elektronik. Tetapi, Ahmadinejad lebih mendekati dan memberikan bantuan kepada rakyat kecil, walaupun diambilkan dari gajinya sendiri sebagai gubernur dan dosen pada sebuah perguruan tinggi. Juga tidak pernah membawa atribut jabatan kekuasaan pemerintahan dalam kepentingan pribadi.

Mengenai program pengembangan teknologi nuklir Iran, Ahmadinejad menegaskan bahwa teknologi ini bertujuan "damai" dan tidak akan mengancam pihak manapun. Juga, Iran tidak akan menyebabkan ketidakadilan bagi setiap orang (bangsa lain) dan pada saat yang sama Iran tidak akan tunduk kepada ketidakadilan.

Buku setebal 303 halaman ini ditulis dengan gaya narasi dan populer agar tidak terkesan sebagai sebuah reportase dan liputan berita yang menguras nutrisi otak, juga bukan buku agama, yang umumnya gagal mempertahankan obyektifitas dan sarat dengan persepsi sepihak.

Dari beberapa bab di dalamnya dijelaskan secara rinci. Misalnya, Bab 1: "Mendiskripsikan tahun 1989-an Iran yang penuh gejolak khususnya sepeninggalnya pimpinan spiritual, Ruhullah Khomaine", Bab 2: "Menggambarkan Teheran sebagai cerminan untuk Ibukota Jakarta", Bab 3: "Mendiskripsikan detik-detik keajaiban naiknya Ahmadinejad ke pucuk kekuasaan sebagai Presiden Iran", Bab 4: "Mengupas banyak hal tentang senandung revolusi berkaitan dengan AS dan isu nuklir damai", serta dilengkapi dengan lampiran surat Ahmadinejad kepada Presiden AS George W Bush dan rakyat AS.

Presiden Ahamdinejad telah meraih popularitas dalam dunia Islam, karena berhasil menjelma sebagai simbol perlawanan terhadap hegemoni Barat, AS dan kroninya. Ia mengulang fenomena Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tahun 1960-an dan Perdana Mentri Malaysia Mahathir Muhammad pada musim 1990-an. Sosok Ahmadinejad adalah orang yang sederhana yang dekat dengan "rakyat". Kemenangannya mengalahkan Hashemi Rafsanjani (sebagai penguasa Iran waktu itu) merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan, karena sudah dianggap tidak mungkin.

Apa yang dilakukan Ahmadinejad semestinya menjadi teladan bagaimana seorang pemimpin untuk mengambil hati rakyat, serta menjaga harkat, martabat, dan kehormatan bangsanya.

Buku ini perlu dibaca oleh para pemimpin negara, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudoyono, Gubernur, DPR, sehingga sosok Ahmadinejad menjadi cerminan dalam mengambil kebijakan yang begitu tegas dengan segala risiko yang akan dihadapi untuk kepentingan bangsa dan negara. Semoga!

*Peresensi adalah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya