Warta

"Pokoknya Anggota Banser itu Selalu Siap Komandan!"

Jumat, 2 Juni 2006 | 04:33 WIB

Siapakah yang lebih berani dari TNI? Siapa yang lebih besar badannya dari polisi? Jawabannya adalah Banser, Barisan Ansor Serba Guna.

Kebangkitan kembali Banser, terutama dimulai menjelang masa reformasi, diakui atau tidak adalah fenomena "romantisisme era militer" yang masih tersisa. Para anggota banser itu dengan bangga memakai pakaian dan atribut yang mirip tentara, meskipun banyak yang tidak tahu apa pangkat mereka, dan ada yang di dadanya belum ada namanya. Kenapa tidak memakai pakaian pencak silat atau pakaian biasa saja?

<>

Namun Banser Nahdlatul Ulama memberikan cerita berbeda. Di Amerika Serikat mungkin ada istilah serdadu bayaran atau tentara swasta. Banser berbeda. Banser adalah semacam tentara yang siap mengabdi kepada bangsa dan negara, tepatnya “bangsa“ dan “negara“ Nahdlatul Ulama (NU), dengan imbalan material yang tidak akan pernah jelas berapanya atau apanya.

Syamsuri (50), anggota Banser berpangkat komandan Propos Klaten, Jawa Tengah, di atasnya komandan Banser mungkin setara dengan Pangkostrad mengaku mengeluarkan uang sendiri untuk keperluan tugas. "Wah, hari ini pulsa seratus ribu habis," katanya.

Selain sebagai komandan Banser, dia berkerja sebagai security alias satpam di Bank Nusuma sambil nyambi makelar mobil. "Saya sangat bersyukur meski kerja cuma begitu-itu saya bisa menyekolahkan anak. Dua anak saya sudah lulus SMA. Yang satu di SMP dan yang satu masih SD," kata pria bertubuh besar-kekar itu.

Sebelumnya, Syamsuri bertugas di posko penanggulangan bencana Gunung Merapi. Ketika gempa bumi, Sabtu pagi (27/5), itu terjadi dia langsung putar setir menuju Klaten. "Pokoknya anggota Banser itu siap komandan! Kami siap jika NU membutuhkan," katanya.

Beberapa petugas Banser yang sebelumnya berjaga-jaga selama satu bulan setengah di posko penanggulangan bencana Gunung Merapi memang diterjunkan ke beberapa lokasi korban musibah gempa bumi.

"Sebelumnya, di pos ada 15 banser yang jaga. Tapi sekarang hanya tinggal dua. Merapi tetap siaga, tapi para Banser mengeluh karena hanya berdiam diri di pos dan mereka tidak lagi menjaga Merapi tetapi menunggui Mak Lampir," kata Ja'far Rodhi, Komandan Banser Klaten bergurau.

Ja'far Rodhi mengatakan, para pasukan Banser lebih senang dan merasa hidup jika berkerja keras dan keringatnya keluar. Ya, Banser lebih senang hidup di lapangan terbuka, di jalan raya sebagai petugas keamanan, dan tidak seberapa tertarik dengan pertemuan-pertemuan tertutup tingkat elit, kecuali beberap orang saja. Semua itu demi mengabdi kepada NU. (A Khoirul Anam)