Warta

Fasilitas Pendidikan di Bantul Rusak Berat

Rabu, 31 Mei 2006 | 07:35 WIB

Yogyakarta, NU Online
Ribuan siswa di Bantul terancam kesulitan belajar. Sebab, fasilitas pendidikan di 755 sekolah ikut hancur. Itu sama dengan 60 persen dari jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Bantul. Sisanya, 40 persen kondisinya rusak, sehingga mengkhawatirkan jika konstruksinya belum direnovasi.

Hal ini disampaikan oleh Posko Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (30/5) kemarin.

<>

Kontributor NU Online di Yogyakarta, Riyadi Amar, melaporkan, Dinas Pendidikan masih melakukan identifikasi kondisi bangunan sekolah, dari TK, SD, SMP, SMA baik negeri maupun swasta. Selain di Bantul, beberapa sekolah di wilayah Kota Yogyakarta juga reot akibat gempa. Di antaranya SMK Muja Muju, SMKN I dan SMKN II. Sedangkan sekolah yang retak-retak, SMAN I Jogja, SMPN 5, dan masih banyak lagi.

Dinas pendidikan menetapkan tiga kriteria kerusakan bangunan sekolah. Dinyatakan hancur jika kerusakan mencapai 100 persen. Kriteria berat jika kerusakan meliputi 60 persen gedung, dan kriteria ringan jika kerusakan di bawah 60 persen. Selain mengidentifikasi kerusakan gedung dinas, melalui posko bencananya, juga mendata jumlah guru dan siswa yang meninggal serta luka-luka.

Untuk proses rekonstruksi, dinas akan mendahulukan bangunan sekolah yang rusak ringan. Tujuannya, agar sekolah tersebut bisa digunakan dalam waktu satu atau
dua bulan ke depan. “Kami dahulukan sekolah yang rusak ringan. Kami perkirakan rekonstruksi selesai dalam 1-2 bulan. Dengan begitu, gedung bisa digunakan oleh siswa
sekolah dan sekolah lain yang rusak berat,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DIY, Drs Sugito Msi.

Sugito mengatakan, pihaknya tengah bekerjasama dengan fakultas teknik UGM untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan itu. Apakah itu bisa dipakai, atau harus dibongkar total, itu akan dites dulu. Situasi darurat saat ini adalah pelaksanaan ujian susulan siswa SMP dan ujian sekolah (usek) bagi siswa kelas satu dan lima SD.

“Ujian susulan SMP/MTs sedianya dilaksanakan 30 Mei, 31 Mei, dan 1 Juni. Karena itu tidak mungkin dilakukan, maka akan kami undur 5-7 Juni. Kami sudah meminta pemerintah Kabupaten Bantul mencarikan gedung bagi pelaksanaan ujian tersebut. Satu atau dua ruangan saja cukup, karena se-DIY saja peserta ujian susulan hanya 200 siswa,” tambah mantan kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ini.

Sedangkan untuk pelaksanaan ujian sekolah bagi kelas satu dan lima SD di daerah bencana, jika tidak memungkinkan bisa ditiadakan. “Jika terpaksa tidak bisa dilakanakan, Usek ditiadakan. Lagipula, siswa kelas satu sampai kelas lima sudah banyak memiliki nilai. Kenapa nggak pakai itu saja? Atau ujian bisa diganti pekerjaan rumah yang diberikan guru,” terangnya.

Menurut Sugito, pengumuman ujian nasional SMP-SMA dan penerimaan siswa baru tidak akan diundur. “Karena itu kami minta mental siswa disiapkan. Guru BP juga
diharapkan melakukan pendampingan mental kepada siswanya. Bisa datang ke rumah-rumah dan juga posko pengungsian,” ujar Sugito.

Dikatakannya, sekolah yang bangunannya tidak rusak diharapkan bisa menjalankan proses belajar mengajar seperti biasa. “Sedangkan untuk sekolah yang gedungnya
rusak, bisa menjalankan proses belajar di masjid, rumah penduduk, atau tempat alternatif lainnya.” (mar)