Warta

Gus Dur Bercerita Sikap Toleransi Para Pendiri NU

Jumat, 4 Juli 2008 | 21:35 WIB

Jombang, NU Online
Mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bercerita tentang sikap toleransi yang dilakukan para pendiri NU, Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah dan KH M. Bisri Syansuri.

Pada satu kesempatan, kata Gus Dur, Mbah Wahab (panggilan akrab KH Wahab Chasbullah) dan Mbah Bisri (panggilan akrab KH M. Bisri Syansuri) terlibat perdebatan sengit tentang sebuah permasalahan. Perdebatan yang terjadi di Ndalem Kasepuhan Pesantren Denanyar, Jombang, Jawa Timur, itu disaksikan sekira 40 kiai.<>

"Tapi, begitu ada azan, perdebatan langsung berhenti dan beliau (Mbah Bisri) langsung menimba air di sumur untuk wudhu-nya Mbah Wahab,” ujar Gus Dur dalam ceramahnya pada peringatan Haul ke-29 Mbah Bisri, di Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif (Denanyar), Jombang, Jatim, Kamis (3/7) lalu. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online, Yusuf Suharto.

Saat hendak salat berjamaah, Mbah Wahab lantas mempersilakan Mbah Bisri untuk memimpin atau menjadi imam. Mbah Bisri menyanggupi permintaan itu meski sebelumnya menolak keras karena merasa tak pantas menjadi imam salat, apalagi salah satu jamaahnya adalah Mbah Wahab yang saat itu menjabat Rais Aam PBNU.

"Saya perhatikan, sebagai wakil rais aam, Mbah Bisri menghormati Mbah Wahab, rais aam PBNU kala itu. Akhlak yang bagus itu, dua-duanya, karena mendapat tuntunan dari Mbah Hasyim Asy'ari," papar Gus Dur yang juga cucu Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari.

Menurut Gus Dur, meski di antara mereka memang kerap berbeda pendapat dalam banyak hal. Namun, tetap masih bisa saling menghormati. Perbedaan pandangan tak menjadi penghalang untuk tetap menganggap satu sama lain sebagai saudara.

KH Mustofa Bisri (Gus Mus), yang juga hadir pada kesempatan itu, mengatakan, cerita Gus Dur tersebut menunjukkan wujud upaya sungguh-sungguh para pendiri NU untuk mengamalkan sikap tawassuth (moderat).

Menurut dia, sikap tawassuth bukan berarti tidak memiliki ketegasan. “Mbah Bisri itu tegas, tapi tidak keras," pungkas Gus Mus yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.

Sikap tawassuth, imbuh Gus Mus, selalu diterapkan di lingkungan pesantren. Karena itu, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pengajaran, tapi sekaligus merupakan lembaga pendidikan. Pesantren tidak hanya mencetak santri berilmu, tapi juga berakhlak. (rif)