Habib Muhammad Luthfi Ali bin Yahya menolak jika dijadikan mustasyar (penasihat) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah periode 2008-2013. Namun, pemimpin tertinggi organisasi para ahli tarekat di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) itu mengucapkan terima kasih karena telah diberikan kepercayaan.
Habib Luthfi mengungkapkan hal itu di kediamannya, Jalan Dr Wahidin, Pekalongan Timur, Jawa Tengah, Sabtu (19/7). Beberapa alasan mendasari penolakannya yakni, seseorang tugas di dalam atau yang diangkat menjadi penasihat walaupun tidak harus menjaga gawang, tapi “menjemput bola”.<>
"Tetapi, namanya penasihat boleh saja atas segala nasihatnya untuk dipakai atau tidak. Itu dalam wewenang mutlak sebagai ketua organisasi atau pimpinan. Walau pun demikian, seseorang yang tinggi dalam kepedulian adalah suatu beban," katanya.
Karena itu, dengan mempertimbangkan tugasnya dan kesibukan sehari-hari dalam tanggung jawab menjalankan amanat muktamar sebagai Rois Aam Jam'iyyah Thariqah An-Nahdliyah, dia memohon kelapangan dada dan memaklumi atas ketidaksediaannya untuk dijadikan penasehat PWNU.
"Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan suatu kehormatan untuk diri saya dimasukkan dalam jajaran penasehat PWNU Jateng," tandas Habib Lutfi.
Tetapi, segala kesibukan dan tanggung jawab yang telah diemban, maka Habib Luthfi menyampaikan permohonan maaf karena tidak bersedia menjadi penasihat. Meski belum mendapatkan pemberitahuan secara langsung dimasukkan dalam jajaran Mustasyar PWNU, tapi ulama kharismatik tersebut telah berinisiatif mengajukan surat kepada PWNU terkait masalah demikian.
Habib Luthfi bukan satu-satunya tokoh NU yang menolak jabatan tersebut. Rais Aam Pengurus Besar NU KH Sahal Mahfudh juga bersikap demikian. Ia menolak secara tegas menolak namanya dicantumkan sebagai mustasyar dalam susunan PWNU Jateng periode 2008-2013.
"Tidak ada manfaatnya keberadaan saya di tempat itu. Saya tidak mau melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Untuk apa nama saya dipasang-pasang, tidak ada artinya," tegasnya kepada wartawan, Rabu (16/7) lalu.
Dia baru mengetahui namanya dimasukkan dalam jajaran Mustasyar PWNU dari koran. "Sampai hari ini saya belum dihubungi siapa-siapa mengenai pencantuman nama saya. Tetapi nanti kalau ada yang datang memberi tahu, jawaban saya tetap sama menolak atau tidak bersedia," tegasnya. (sm)
Terpopuler
1
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
2
Menag Nasaruddin Umar akan Wajibkan Pramuka di Madrasah dan Pesantren
3
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
4
Surat Al-‘Ashr: Jalan Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat
5
Haul Ke-15 Gus Dur di Yogyakarta Jadi Momen Refleksi Kebijaksanaan dan Warisan Pemikiran untuk Bangsa
6
Mariam Ait Ahmed: Ulama Perempuan Pionir Dialog Antarbudaya
Terkini
Lihat Semua