Warta

Harlah Ke-82 NU Dinilai Istimewa

Rabu, 16 Januari 2008 | 23:35 WIB

Jember, NU Online
Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-82 Nahdlatul Ulama kali berbeda dengan Harlah sebelumnya. Menurut rencana yang sudah disusun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), akan ada telekonferensi pidato Rais Aam yang bisa disimak secara serentak di seluruh Pengurus Wilayah di seluruh Indonesia.

Di masing-masing Pengurus Wilayah para pengurus NU berkumpul dalam jumlah besar. “Ini yang bernilai istimewa,” kata KH Muhyiddin Abdusshomad, Ketua Pengurus Cabang NU Jember, saat ditemui di kediamannya, Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Rabu (16/1).<>

Menurut Kiai Muhyiddin, warga NU sebenarnya sudah biasa berkumpul, baik di masjid maupun dalam acara-acara yang lain. Hal itu sekaligus sebagai bukti kalau jumlah warga NU memang besar. Namun untuk kali ini kumpul-kumpul itu akan bernilai luar biasa, karena difasilitasi dengan alat teknologi canggih yang bisa menampilkan gambar serentak ke seluruh Indonesia dalam waktu bersamaan.

Selain adanya teleconference, nilai istimewa lain harlah kali ini adalah adanya semangat untuk meneguhkan kembali jati diri organisasi, lepas dari pemanfaatan kepentingan orang luar terhadap NU. Gambaran yang jelas adalah adanya penolakan sebagian besar PCNU di Jawa Timur atas rencana majunya Ketua PWNU Dr Ali Maschan Moesa, MSi, dalam ajang Pilgub yang akan datang.

Pemandangan itu bisa dilihat dari pertemuan yang diadakan PBNU di Pesma Al-Hikam Malang pada Sabtu (12/1) lalu. Hal itu, menurut Kiai Muhyiddin, menunjukkan kalau mayoritas PCNU keberatan kalau NU dijadikan kendaraan untuk kepentingan politik.

Dalam pandangan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) itu, kalau NU sudah lepas dari politik praktis, maka kran komunikasi dengan sesama warga NU yang ada di manapun langsung terbuka lancar. Tidak lagi tersumbat. “Sebab pada pengalaman selama ini, partai-partai itu selalu menjadi sekat komunikasi antar sesama warga NU,” tuturnya.

Hal lain yang bernilai istimewa dalam harlah kali ini, adalah timbulnya semangat dari warga NU untuk mengibarkan panji-panji NU di seluruh pelosok daerah, sesuai instruksi PBNU. Apalagi dalam waktu yang lama, selama satu bulan penuh. Bahkan sampai banyak Ranting yang berlomba memperpanjang bendera dan spanduk agar suasana di sekitar mereka semakin ramai. (sbh)