Warta

Hasyim Muzadi Berdialog Dengan Warga Indonesia di Syiria

Ahad, 18 Desember 2005 | 06:33 WIB

Oustrad Damaskus, NU Online

Dalam rangka mengemban amanah hasil International Conference of Islamic Scholars (ICIS) 2004, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi bersama rombongan berkesempatan mengunjungi Damaskus untuk bertemu dengan pejabat Pemerintah Republik Arab Syria dan beberapa Ulama terkemuka Damaskus, Jum’at (16/12). Dijadwalkan, kunjungan ini akan berlangsung hingga tanggal 19 Desember 2005.

<>

Tak lama setelah tiba, tepat pukul 14.30 waktu setempat rombongan PBNU langsung mengadakan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Syria bertempat di aula Kedutaan Besar RI. Pertemuan dibuka langsung Duta Besar (Dubes) RI untuk Syria Dr Sukarni Sikar. Hadir pula pada acara tersebut Dubes RI untuk Lebanon, Dr Abdullah Syarwani,

Dalam sambutannya, Sukarni mengucapkan penghargaanya atas kunjungan tersebut. Secara ringkas ia menyampaikan kondisi riil masyarakat Indonesia di Syria termasuk masalah tenaga kerja. Selain itu, ia juga mengungkapkan fungsi keberadaan Kedubes RI di Syria adalah melakukan pembinaan para pelajar dan mahasiswa yang berjumlah kurang lebih 150 orang.

“Beberapa minggu lalu Kedubes memfasilitasi acara sarasehan sehari dengan tema Membangun Masyarakat Religius dalam Bingkai Pluralitas. Pelaksanaannya kami percayakan pada Lakpesdam PCI NU Syria”, terang Sukarni kepada rombongan PBNU.

Mengawali sambutannya, KH Hasyim Muzadi, secara antisusias langsung memaparkan kondisi riil tanah air khususnya  terkait dengan krisis yang tak kunjung mereda. Menurutnya, bangsa Indonesia saat ini seperti orang yang sakit demam karena masuk angin. Hal itu akibat kran kebebasan yang dibuka lebar-lebar setelah 32 tahun ditutup rapat.

“Ibaratnya seorang masuk angin gara-gara jendela rumah dibuka lebar. Angin kebebasan dibuka lebar-lebar setelah selama kurang lebih 32 tahun ditutup rapat sampai susah napas,”  ujar Hasyim, demikian panggilan akrab mantan ketua PWNU Jawa Timur ini.

Namun demikian, Hasyim meminta kepada semua pihak untuk selalu optimis. Dikatakannya, tak ada badai yang tak reda. Karena itulah, menjadi tugas semua pihak untuk menuntaskannya. “Jangan malah menambah keruh suasana”, ujarnya.

Pada acara tersebut, berkembang pembicaraan seputar terorisme serta opini-oponi negatif yang berakibat terpuruknya citra Islam. Saat ini citra Islam, baik di Indonesia maupun di mata internasional tidak begitu baik. Serangkain aksi teror yang mengatasnamakan Islam cukup ampuh untuk menjatuhkan stigma bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan.

Menanggapi hal itu, Hasyim meminta agar umat Islam di mana pun, jangan malah ikut mendukung adanya terorisme itu. Demikian juga soal stigma negatif itu, ia meminta agar umat Islam tidak menjustifikasinya. “Umat Islam seharusnya justru jangan menambah amunisi haa’ula’i sehingga malah meng-ahlan wa sahlan-kan stigma-stigma bikinan itu,” terangnya.

Laporan: Abdul Latif Malik dan Sa’aduddin Annasich (PCI NU Syria)