Warta

Hasyim: Nasionalisme Menjadi Ciri Khas NU

Selasa, 13 Desember 2005 | 03:04 WIB

Jombang, NU Online
Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) selalu menghargai nilai-nilai, tradisi, dan kebutuhan setempat. NU ingin mengembangkan model Islam Indonesia, Islam Malaysia, Islam Thailand, dan seterusnya.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Hasyim Muzadi pada palam puncak peringatan haul ke-34 perintis dan pendiri NU KH. Abdul Wahab Chasbullah di Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, 11/12.

<>

Menurut Hasyim, ajaran mengenai penghargaan NU terhadap nilai-nilai, tradisi, dan kebutuhan setempat itu terutama diperoleh dari Kiai Wahab Chasbullah. Menurutnya, Kiai Wahab adalah sosok yang paling serius membela nilai-nilai dan tradisi lokal. Hasyim menambahkan, penghargaan terhadap bilai dan tradisi itu adalah kata lain dari nasionalisme.

"Nasionalisme itu kalau ditambah bismillah, itulah Islam. Islam itu kalau dilaksanakan dengan benar akan menjadi nasionalis," kata Hasyim menirukan ucapan Kiai Wahab Hasbullah kepada muridnya Soekarno.

Hasyim menegaskan, komitmen NU itulah yang menyebabkan organisasi ini selalu berkembang dan diterima dengan baik seberbagai tempat. "Inilah bedanya hikmatut tatsri' (beragama secara substansial: red) dan lafdzut tasyri' (beragama secara tekstual)," kata Hasyim.

Saat ini NU telah memiliki 6 cabang Istimewa di wilayah Eropa, 2 di Amerika, di Australia, dan di hampir semua negara Timur Tengah dan Asia tenggara. Menurut Ketua Umum PBNU, NU akan terus mengembangkan sikap tawasuth dan i'tidal (memilih jalan tengah), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang dan berkeadilan) di semua cabang istimewa itu namun dengan tetap menghargai nilai-nilai, tradisi, dan kebutuhan setempat. (nam)