Warta

Ingin Selesaikan Konflik, Para Tokoh Agama Poso Datangi PBNU

Kamis, 15 Desember 2005 | 14:22 WIB

Jakarta, NU Online
Konfik berdarah yang terjadi di Poso diharapkan segera berakhir. Untuk mencapai harapan itu, para tokoh agama asal Poso, Kamis (15/12) mendatangi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) di Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat. Mereka datang ke PBNU pada pukul 17.00 atau mengalami keterlambatan satu jam dari jadwal sebelumnya, yaitu pukul 16.00

Rombongan yang terdiri dari Ust. Adnan Arsal (Ketua Forum Silaturrahmi dan Perjuangan Muslim Poso), Pdt. Rinaldy Damanik (ketua Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah) dan sejumlah tokoh lainya itu diterima langsung Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi dan Wakil Sekjen PBNU Anas Thahir.

<>

Dalam pertemuan tersebut, Pendeta Damanik, sapaan akrab Pendeta Rinaldy Damanik berharap kepada PBNU agar turut serta membantu terciptanya perdamaian di bumi Poso. Sebagai organisasi besar, NU diharapkan mampu bersinergi dengan masyarakat Poso dan pemerintah untuk segera mengakhiri konflik bersenjata yang terjadi sejak tahun 1998 lalu. ”Kami mohon PBNU membantu menyelesaikan konflik Poso,” kata Damanik dalam petemuan tersebut.

Konflik Poso, lanjutnya, sebenarnya bukan konflik yang berbau agama. Namun, karena ada pihak-pihak yang turut bermain agar konflik di Poso semakin panas, konflik akhirnya diseret ke wilayah agama. ”Konflik sejak tahun 1998 lalu, bukan yang bersifat relegius, tapi digiring bersifat relegius,” ungkapnya

Damanik menilai pemerintah lamban dalam menyelesaikan konflik di Aceh. Bahkan, dia melihat ada indikasi bahwa pemerintah membiarkan konflik itu terjadi. ”Saya lihat ada pembiaran oleh pemerintah. Di sana banyak inteljen. Banyak juga didirikan markas, tapi bom tetap saja meledak,” ungkapnya.

Diceritakanya, umat Islam pernah menggelar acara Maulud Nabi di Tentena. Pada saat pelaksanaan kegiatan kondisinya aman. Namun, satu minggu setelah itu terjadi ledakan bom di Tentena. Ironisnya, ledakan bom tersebut terjadi tidak jauh dari kantor polisi.”Saya heran, banyak polisi dan TNI kok masih ada bom meledak. Karena itu, saya berharap kepada PB NU agar membantu membentuk tim pencari fakta independen,” jelasnya.

Sementara itu, Ust. Adnan Arsal mengatakan, untuk menyelesaikan konflik Poso pemerintah selama ini menerapkan strategi yang kontradiktif, tidak sesuai dengan harapan masyarakat Poso, sehingga hingga kini upaya penyelesaian konflik selalu gagal.

“Jangan hanya keinginan pusat yang diharapkan di sana, yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat Poso. Jangan masyarakat yang jadi obyek, main tangkap saja tanpa bukti yang jelas,” kata Adnan Arsal yang juga ketua PCNU Poso itu.
Senada dengan pendeta Damanik, Ust. Arsal juga menilai ada pembiaran oleh oknum-oknum di Poso, sehingga upaya mencapai Poso yang terbebas dari konflik selalu gagal. Karena itu, Ust. Arsal juga berharap agar segera dibentuk tim pencari fakta untuk mengungkap dalang terjadinya konflik berdarah di Poso.”Temang ada pembiaran. Ada rombongan mau melakukan penembakan lewat depan polisi dibiarkan. Itu namanya membiarkan penembakan terjadi,” jelasnya.

Lebih lanjut, kiai yang juga pengasuh sebuah pondok pesantren di Poso tersebut mengatakan, aparat kepolisian dan TNI selama ini terkesan ngawur dalam mengusut setiap pelaku kekerasan di Poso. Dikatakannya, pesantren yang dipimpinnya pernah digerebek polisi untuk mencari pelaku penembakan. Tidak hanya itu, dia juga pernah dituduh sebagai biang kerusuhan.

“Pesantren saya pernah digerebek gara-gara ingin mencari pelaku kekerasan. Saya juga pernah ditelpon dari dari Jakarta. Saya bilang, kalau saya preman di Jakarta, saya pasti tahu pelakunya,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi mengatakan, masyarakat Poso saat ini sudah mulai sadar kalau mereka selama ini menjadi korban oknum-oknum yang menginginkan bumi Poso damai. “Penyebab konfik itu bukan agama, tapi menggunakan tema agama. Sehingga seakan-akan menjadi tema agama. Belakangan tema agama itu mulai mengendor, karena orang Poso sudah lelah bertengkar. Orang Poso sudah  sadar bahwa mereka menjadi korban,” kata

Hasyim, juga mengatakan, konflik Poso sebenarnya dimanfaatkan oleh kelompok yang bergerak di bidang bisnis bencana atau konflik. Kelompok tersebut, lanjut Cak Hasyim memang selalu berharap ada konflik berdarah. Karena itu, tidak mengherankan di Poso saat ini banyak ditemukan senjata atau peluru. “Setiap ada konflik selalu ada yang jual peluru atau senjata. Dari mana kalau tidak ada yang kirim,” jelasnya.

Siapa para pebisnis konflik tersebut? Kiai pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang, Jawa Timur ini tidak bisa menjelaskan secara detail, karena hal itu menjadi tugas intelejen. ”Karena itu, tokoh agama dan pemerintah harus b