Warta

IPNU: Majalah Playboy Racuni Generasi Muda

Jumat, 20 Januari 2006 | 08:57 WIB

Jakarta, NU Online
Setelah Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dan Ketua Umum Fatayat NU Maria Ulfah Ansor yang memprotes rencana diterbitkannya majalah Playboy versi Indonesia, kini giliran Ikatan Pelajar Nahdaltul Ulama (IPNU) yang bersuara. IPNU tegas menolak rencana tersebut karena akan berakibat pada rusaknya moral generasi muda bangsa.

“IPNU yang bersegmen pelajar dan santri merasa prihatin dengan rencana akan diterbitkannya majalah Playboy versi Indonesia,” kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) IPNU Idy Muzayyad ketika ditemui NU Online di kantor PBNU, Jl. Kramat Raya Jakarta, Kamis (19/1) lalu.

<>

Menurutnya, Playboy adalah majalah porno yang dapat meracuni generasi bangsa. Jika tetap akan beredar di Indonesia, maka dapat dipastikan free sex (seks bebas) akan semakin merasuk pada kehidupan bangsa, termasuk pelajar. “Playboy yang merupakan majalah porno itu dapat meracuni generasi muda. Terbitnya Playboy itu akan membawa ke alam free sex,” ungkapnya.

Karena itu, lanjut Idy, sapaan akrab Idy Muzayyad, semua eleman masyarakat harus menyatakan sikapnya untuk menolak rencana yang merusak moral bangsa itu. Dikatakannya, diterbitkanya majalah Playboy versi Indonesia sama dengan penjajahan budaya yang dapat melunturkan nilai-nilai “ketimuran” dan keagamaan.

“Ini juga merupakan cultural imperialism atau penjajahan budaya di mana nilai-nilai ketimuran, nilai-nilai keagamaan akan tereduksi dan bahkan terpinggirkan oleh desakan dari budaya yang tidak mendidik,” jelasnya.

Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Komunikasi Universitas Indonesia (UI) ini juga mengkritik sejumlah media massa yang banyak menayangkan hal-hal yang berbau pornografi. Karena itu, masyarakat jangan sampai hanya terjebak pada masalah majalah Playboy saja.

“Kita jangan terjebat pada masalah Playboy saja. Media massa saat ini memang banyak yang kebablasan. Faktanya memang banyak yang tidak mendidik,” ungkapnya.

Apa yang disajikan media-media massa, kata Idy, mempunyai dampak dan pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat yang melihat atau membacanya. Jika media massa, baik elektronik maupun cetak menayangkan hal-hal yang positif, maka karakter bangsa juga akan semakin baik.

“Media di era globalisasi dan informasi ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk karakter bangsa. Apa yang ada dalam media itu mempengaruhi prilaku bangsa. Nah, kalau yang ditayangkan atau ditampilkan itu mistik, kekerasan dan porno, maka masyarakat akan terbawa ke arah itu,” paparnya. (rif)