Warta

Kang Said: Bagi NU, Urusan Akidah dan Syariah Sudah Selesai

Kamis, 29 November 2007 | 09:45 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU KH Said Agil Siradj mengungkapkan bahwa akidah dan syariah yang menjadi keyakinan NU tak perlu dipersoalkan lagi. Yang paling penting saat ini adalah mengembangkan peradaban untuk kalangan nahdliyyin.

“Akidah dan syariah yang dijalankan oleh NU sudah baik, tinggal sekarang bagaimana menambah sisi-sisi yang kurang digarap oleh NU untuk mengembangkan ummatan wasata,” katanya dalam acara Lokakarya yang diselenggarakan Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) di Balaikota Depok<>, Kamis (29/11).

Diceritakannya pada saat Gus Dur jadi presiden RI, ia kesulitan untuk mencari orang-orang NU untuk ditempatkan dalam berbagai posisi strategis karena selama ini, kebanyakan orang NU masih terkonsentrasi pada ilmu-ilmu agama.

Jadi, ditegaskan oleh lulusan Universitas Ummul Qura Makkah ini bahwa keterbatasan yang dialami oleh NU saat ini bukannya dikarenakan tradisi yang dijalankannya seperti tahlil, mauludan dan lainnya.

Ajaran ahlusunnah wal jamaah yang telah dijalankan oleh NU ini telah telah teruji selama berabad-abad dan tetap bertahan sampai sekarang. Imam Asy’ari, Imam Maturidi dan Imam Ghozali yang telah melahirkan konsep-konsep ajaran yang saat ini digunakan oleh NU sudah dikritik sejak saat mereka masih hidup dan sampai sekarang pun tetap banyak orang yang mengkritiknya, namun konsep-konsep baru yang ditawarkan oleh ulama lainnya kurang laku.

Dituturkannya bahwa NU merupakan salah satu kekuatan yang menjadi pilar sosial bangsa ini untuk bisa terus bertahan dan mengembangkan dirinya. “Sekarang tinggal memanage saja, potensi di NU kan luar biasa, semuanya ada,” katanya.

Diingatkannya bahwa upaya pengembangan peradaban tersebut harus dilandasi dengan iman dan ditujukan hanya kepada Allah mengingat kecenderungan manusia yang memiliki nafsu untuk membuat kerusakan dan merusak dirinya.

“Manusia memang diciptakan untuk membangun peradaban, sebagai pelaku sejarah, bukannya jin atau binatang. Tawon sangat pandai bikin sarang, tapi dari dulu ya begitu saja,” katanya memberi contoh.

Keberhasilan pengembangan peradaban ini harus mencontoh nabi yang waktu itu hanya ada 10 orang yang bisa membaca, namun dalam waktu 23 tahun telah berhasil merubah dunia.

Sayangnya, secara umum, umat Islam telah kehilangan sisi panting dalam semangat membangun peradaban, malah saat ini Eropa yang memimpinnya. “Lho perjanjian antara Yasser Arafat dan Israel kok malam ditempatkan di Oslo Swedia, bukannya di Saudi Arabia,” katanya.

Sementara itu, Walikota Depok Dr. Nur Mahmudi Ismail sepakat bahwa yang menjadi fokus dalam pemerintahan adalah pengembangan peradaban, tentu dengan tidak melupakan aspek penting dalam pemeliharaan ajaran-ajaran agama.

Nur Mahmudi menyatakan kegembiraannya atas peran LKKNU dalam program peningkatan kebersihan bagi siswa MI di Depok dan ia berharap semakin banyak lembaga di lingkungan NU yang bisa ikut berpartisipasi dalam mengembangkan Depok.

Dijelaskannya bahwa selama menjadi walikota, ia telah berusaha mengembangkan program agar semua anggota masyarakat mampu membaca Al Qur’an dan lebih memperhatikan pesantren sebagai institusi pendidikan yang mengajarkan agama. (mkf)