Warta

Kecaman dari Dalam dan Luar Negeri Kian Keras atas Film "Fitna"

Sabtu, 29 Maret 2008 | 03:50 WIB

Den Haag, NU Online
Kecaman dari dalam dan luar negeri terhadap film anti-Islam garapan anggota parlemen Belanda, Geert Wilders, semakin keras, Jumat, menyusul penampilan PM Jan Peter Balkenende di televisi untuk menjelaskan sikap pemerintah Belanda yang menyesalkan film itu.

Balkenende yang berbicara tak lama setelah film itu, "Fitna", dimana Wilders mengaitkan aksi para teroris dengan para ekstremis Islam dan ayat-ayat Al-Qur’an, disiarkan pada situs internet www.liveleak.com pada Kamis malam.<>

Menjelang rilis film itu, Wilders melukiskan kitab suci umat Islam sebagai "buku fasis" yang menghasut orang untuk melakukan kekerasan.

PM Belanda mengemukakan kepada para wartawan dalam jumpa pers bahwa pemerintah Belanda menyesalkan keputusan Wilders mengedarkan film itu, sekalipun pemerintah telah memintanya agar ia menahan diri untuk tidak melepas film itu kepada publik.

Uni Eropa mengutuk film itu. "Kami meyakini bahwa berbagai tindakan, seperti film yang disebut di atas, tidak membawa manfaat apa-apa selain hanya mengobarkan kebencian," kata pernyataan Presiden EU yang kini dipegang Slovenia, Jumat.

"Uni Eropa dan negara anggotanya menerapkan prinsip kebebasan berpendapat yang merupakan bagian dari nilai-nilai dan tradisi kita."

"Namun demikian, kebebasan ini hendaknya dilaksanakan dalam semangat menghormati agama dan kepercayaan pihak lain."

Para menlu UE menggelar pertemuan tak resmi di Brdo, Slovenia, yang mengulangi seruan dalam bahasa yang lebih keras terhadap langkah Wilders.

"Pesan yang muncul dari Inggris adalah orang dapat dan hendaknya menggabungkan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebebasan berpendapat dan sekaligus menghormati keberagaman rasial dan keagamaan," kata Menlu Inggris, David Miliband.

"Kebebasan bukanlah kebebasan sejati jika melukai orang lain. Jadi marilah kita bertindak hati-hati dalam menggunakan kebebasan kita," kata Menlu Slovenia, Dimitrij Rupel, yang menjadi tuan rumah pertemuan.

Kecaman Iran dan Indonesia

Negara-negara Islam segera menyampaikan tanggapan keras mereka. Teheran memperingatkan "konsekuensi dari langkah provokatif semacam ini," dengan jurubicara Deplu Iran, Mohammad Ali Hosseini, mencap video tersebut "menghina dan anti-Islam" serta merupakan simbol dari "antagonisme yang mendalam" negara-negara Barat terhadap Islam dan umat Muslim.

Jurubicara Deplu Indonesia, Kristiarto Legowo, menyatakan isi film itu "menyesatkan dan penuh rasisme" dan menyebut produksi film itu sebagai "aksi tak bertanggungjawab yang dilakukan dengan tameng kebebasan pers."

Ketua DPR Agung Laksono menyatakan pemerintah harus "mengambil tindakan" terhadap film itu, karena para pengguna internet dapat dengan mudah mengunduh (download) dan menyebarkannya, sehingga dapat memicu konflik agama.

Agung berharap pemerintah Belanda dan juga produsen film yang berpotensi menimbulkan gesekan antaragama ini agar menarik peredaran "Fitna". (ant/too)