Jakarta, NU Online
Sudah jamak dimana-mana seorang kiai berkeinginan untuk mendirikan pesantren, atau jika sudah punya, ingin mengembangkannya melalui pendirian cabang di berbagai daerah. Kiai Tolhah Hasan, wakil rais aam PBNU malah tak ingin mendirikan pesantren, lho..
“Saya tak ingin mendirikan pesantren, demikian pula anak-anak saya. Keinginan saya adalah mendirikan lembaga pendidikan yang tergantung pada sistem, bukan figur,” tuturnya di PBNU, Kamis.
<>Dengan mengembangkan lembaga pendidikan yang memiliki sistem yang baik, maka proses regenerasi kepemimpinan tidak mengandalkan individu yang belum tentu penggantinya sekualitas dengan para pendahulunya.
Menurutnya masing-masing lembaga pendidikan sekolah maupun pesantren masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Pesantren di satu sisi berhasil dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan, namun disisi lain, para santri terkadang kurang kritis dalam mensikapi keadaan karena terpengaruh sistem kepemimpinan personal. Sebaliknya, sekolah umum memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, namun sangat kurang nilai-nilai keagamaan.
Salah satu wujud lembaga pendidikan untuk mengintegrasikan dua hal diatas adalah pendirian Universitas Islam Malang (Unisma) sebagai tempat untuk mengembangkan potensi kalangan pesantren dalam dunia akademik. Ia pernah duduk sebagai rektor, namun posisi tersebut telah digantikan oleh para kadernya yang berkualitas, bukan lagi oleh anak atau keluarganya.
“Untuk memberdayakan pesantren di Madura, saya memberi beasiswa kepada Gus-Gus dari pesantren di Madura. Mereka akhirnya yang membuat perubahan dari dalam. Kalau melakukan perubahan dari luar lebih susah karena adanya penolakan dari dalam,” katanya.
Beberapa lembaga pendidikan unggulan lain yang didirikan diantaranya adalah Sekolah Unggulan Sabilillah di Malang, sekolah unggulan di Riau dan di Batam. Semuanya merupakan lembaga pendidikan untuk menyelamatkan fikrah dengan tidak melupakan aspek rasional, scientific dan tehnologi.
Pendidikan yang bersifat teknik atau kejuruan menurutnya harus menjadi fokus ke depan sekolah-sekolah NU dengan mendirikan politeknik atau SMK. “Salah satu faktor kesuksesan China adalah mereka sudah mempersiapkan tenaga kerja melalui sekolah-sekolah kejuruan,” katanya. (mkf)
Terpopuler
1
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
2
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
3
Jejak Jejaring Santri dan Kiai di Sukunsari
4
Kitab Peretas Kerumitan Ushul Fiqh
5
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 62: Keyakinan Ahli Kitab dan Shabi'in
6
Hasil Mudzakarah Haji: Hasil Investasi Boleh Biayai Jamaah Lain, Dam Bisa Disembelih di Tanah Air
Terkini
Lihat Semua