Warta

Kiai Tolchah: Umat Islam Indonesia Lebih Suka Haji daripada Memerhatikan Pendidikan

Rabu, 28 Desember 2005 | 09:56 WIB

 

Jakarta, NU Online
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam ternyata didukung oleh pemahaman agama yang dangkal. Umat Islam di Indonesia lebih senang pergi haji dari pada meningkatkan kualitas pendidikannya.

<>

“Banyak orang beberapa kali pergi haji, tapi anaknya drop out (putus sekolah, Red),” demikian diungkapkan Wakil Ketua Rais ‘Aam PBNU, Drs. KH. Tolchah Hasan saat hadir sebagai pembicara dalam diskusi di kantor Lakpesdam NU, Jakarta, Selasa (27/12) lalu.

Kiai Tolchah—demikian mantan Menteri Agama di era Gus Dur ini akrab dipanggil—mengatakan bahwa kenyataan tersebut merupakan akibat dari pemahaman umat Islam yang dangkal. Artinya, Islam dimaknai hanya sebatas ritual saja. Sedangkan untuk urusan yang lain, seperti pendidikan dianggap tidak penting.

Berkaitan dengan kondisi tersebut, Kiai Tolchah menceritakan pengalamannya saat ditanya oleh beberapa ulama di Damaskus, Syria. “Kenapa orang Indonesia lebih suka naik haji daripada memerhatikan masalah pendidikan?”, ujarnya menirukan pertanyaan ulama Syria itu. Hal itu menunjukkan bahwa umat Islam di Indonesia memang dikenal suka pergi haji.

Kenyataan itu sekaligus menjadi alasan terbengkalainya aspek pendidikan di Indonesia. Yang terjadi akhirnya pendidikan dianggap tidak penting. Banyak gedung sekolah yang rusak karena tidak terurus. Dengan demikian bukan hal aneh jika kualitas pendidikan Indonesia begitu rendah.

Oleh karena itu, Kiai Tolchah menginginkan ada perubahan pola pikir di masyarakat berkaitan dengan pemahaman ajaran Islam. “Bagaimana Islam itu tidak dipahami hanya sebatas ritual semata. Bahwa Islam itu juga meliputi berbagai aspek kehidupan, misalnya aspek pendidikan. Untuk itu dibutuhkan dakwah yang bisa memberikan pemahaman tentang hal itu,” ungkapnya. (rif)