Jakarta, NU Online
Nama sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer seolah tak bisa dilepaskan dengan komunis. Setidaknya hal itu terbukti pada pemberangkatan jenazahnya ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Jenazah Pram dilepas ke TPU Karet Bivak, Pejompongan, Jakarta, Minggu (30/4) pukul 13.50 WIB. Saat itu, lagu komunis internasional; Internasionale, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, mengiringi kepergian mantan aktivis Lekra—lembaga kesenian di bawah Partai Komunis Indonesia (PKI).
<>Lagu kaum komunis sedunia berbahasa Indonesia itu lamat-lamat terdengar dikumandangkan sebagian pelayat. “Perjuangan penghabisan, kumpullah berlawan, dan Internasionale pastilah di dunia,“ demikian sebait syair lagu pengiring kepergian Pram tersebut. Kata seorang di antara mereka, judul lagu itu adalah Internasionale.
Lagu Internasionale digubah oleh Eughene Pottier, penyair proletar anggota Komune Paris, tahun 1871. Ini merupakan lagu komunis internasional. Internasionale diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Belanda oleh Ki Hadjar Dewantoro dan dipopulerkan PKI selama tahun 1951-1965. Terjemahan syair-syair Internasionale itu oleh komunis internasional dianggap telah menghilangkan roh proletariat, sehingga CC PKI mendapat celaan keras.
Pada 19 Desember 1948, Amir Sjarifuddin beserta 10 tokoh clash Madiun 1948 juga menyanyikan Indonesia Raya dan Internasionale sesaat sebelum dieksekusi. (rif)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
2
Keputusan Libur Ramadhan Menunggu Surat Edaran Lintas Kementerian
3
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
4
Khutbah Jumat: Mari Bangkitkan Semangat Mempelajari Ilmu Agama
5
Komnas Haji: Pengurangan Petugas Haji 2025 Jadi Tantangan dan Titik Krusial
6
Ketum PBNU: NU Berdiri untuk Bangun Peradaban melalui Pendidikan dan Keluarga
Terkini
Lihat Semua