Warta

Masjid Terbesar di Italia Sepi Jamaah

Kamis, 4 Desember 2008 | 04:48 WIB

Roma, NU Online
Waktu menunjukkan masuk ibadah salat, namun hanya kesunyian yang ada di dalam aula besar Islamic Cultural Center di ibu kota Italia itu, bangunan yang juga dikenal dengan nama Masjid Agung Roma.

"Ada aula ibadah lebih kecil di bawah tanah, mungkin ada beberapa jamaah di sana," ujar Ahmed Adam Ya'qoub, penjaga masjid seperti dikutip IslamOnline.net.<>

Dalam ruang berukuran sekitar 100 meter persegi itu akhirnya ditemukan jamaah, namun hanya lima orang, empat orang salat berjamaah satu sudut, dan seorang lagi sedang melantunkan ayat suci Al Qur'an di sudut lain.

"Mereka pekerja di masjid," ujar Ahmed menunjuk ke arah empat orang. "Dan lelaki yang sedang mengaji itu selalu datang setiap hari di waktu sekarang hingga nanti," imbuh Ahmed.

Namun, kelima orang plus Ahmed di dalam masjid yang resmi dibuka tahun 1995 bertujuan melayani jumlah muslim berkembang di Roma, tidak cukup memberi tanda-tanda kehidupan dalam bangunan itu.

Masjid itu padahal masjid terbesar di Italia, dengan komplek yang dianggap sebagai salah satu monumen besar yang pernah dibangun dalam kota beberapa dekade lalu.

Bangunan itu dibangun di atas lahan area perumahan seluas 30 ribu meter persegi. Letaknya tepat di kawasan jantung Roma, dan konstruksinya saat itu didanai donasi dari 23 negara Arab dan negara muslim.

Aula besar masjid dirancang untuk mengakomodasi sekitar 5.000 orang dan ruang kosong masif di sekelililng masjid dapat menampung lebih 5.000 orang lagi.

Sayangnya, terlepas dari kemegahan bangunan, lokasi bergengsi, dan desain yang unik, masjid itu tetap seperti tak dihiraukan para jamaah dari tahun ke tahun kecuali saat salat Jumat, dan Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.

Padahal, Pusat Kebudayaan Islam itu adalah salah satu masjid terbesar di ibu kota Italia itu. Namun, banyak muslim Italia memilih tempat beribadah yang sebagian besar berupa garasi dan aula-aula kecil yang disulap menjadi tempat salat.

Ahmed, sang penjaga masjid, mengatakan alasan di balik jarangnya jamaah terletak pada pengelola masjid. "Orang biasa datang ke masjid karena kepopuleran imam atau karena berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan dalam masjid," papar Ahmed.

"Sementara, di masjid kedua hal tadi tak ditemukan," imbuh Ahmed. Rupanya masjid tersebut dijalankan otoritas dari negara-negara Arab dan negara Islam lain yang mendirikan bangunan itu.

Liga Dunia Muslim yang berbasis di Mekah menunjuk kepala masjid, sementara otoritas dari negara-negara Barat Laut Afrika menunjuk manajer masjid, sedangkan untuk imam dipilihkan oleh otoritas dari Mesir. (ant/rif)