Menteri Agama RI Surya Dharma Ali mengungkapkan kenyataan yang tak bisa dibantah masyarakat dewasa ini semakin haus terhadap nilai-nilai agama. Masyarakat ingin belajar dan mengamalkan nilai-nilai agama, namu memiliki pengetahuan yang terbatas terhadap nilai dan ajaran agama itu. Di sisi lain penggiat agama yang tersedia jumlahnya sedikit. Akibatnya banyak masyarakat yang tergelincir pada ajaran yang tidak sesuai dengan nilai dan ajaran agama yang sesungguhnya.
Menteri Agama RI Surya Dharma Ali mengungkapkan hal itu saat tampil sebagai keynote speaker pada Mudzakarah Kubro II Mursyid dan Khalifah Jam'iyyah Ahli Tariqah Al Mu'tabarah se-Sumatera Barat, di gedung Tri Arga Bukittinggi, Sabtu (29/1). Mudzakarah dalam rangka Harlah NU ke-85 dihadiri kurang lebih 200 orang mursyid, khalifah dan undangan lainnya.<>
Menurut Menag Surya Dharma Ali, kedangkalan pemahaman ajaran agama terjadi di berbagai pelosok di tanah air. "Di Cirebon misalnya, kalau mau suci, masuk surga, syaratnya ditiduri duluan oleh sang pemimpinnya. Adalagi yang mengajarkan jika mau masuk surga bayar Rp 4 juta. Ya, kalau begitu bisa diborong masuk surganya," kata Surya Dharma Ali sembari tertawa.
Pertanyaannya, kata Surya, kenapa banyak aliran sesat itu muncul? Setidaknya ada 2 jawabanya. Pertama, adanya kehausan terhadap ajaran agama. Kedua, tidak tersedianya dai yang memiliki keilmuan agama di tengah masyarakat. Kondisi ini harus menjadi perhatian kalangan tarekat atau thariqat dan organisasi induknya Nahdlatul Ulama, kata Surya yang mengaku pertama kali berbicara di hadapan mursyid dan khalifah thariqat.
Ada pengajian yang jumlah jamaahnya ratusan, ribuan bahkan sampai 50 ribuan orang. Semua itu menunjukkan kehausan umat terhadap nilai dan ajaran agama. "Masalahnya, kita belum cukup menyediakan tenaga untuk menjawab kehausan umat tersebut. Sehingga terjadi penyimpangan pemahaman keagamaan. Bahkan yang lebih ironis terjadinya perpindahan akidah akibat ekonomi yang memprihatinkan," katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumbar diwakili staf ahlinya Sudirman Gani menyebutkan, eksistensi NU dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, bukanlah semata-mata memboyong idiologi keagamaan tertentu saja, namun lebih jauh merupakan bagian dari proses pencerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara di republik ini.
"Karenanya, setiap kegiatan yang diselenggarakan NU, baik ditingkat wilayah maupun pusat, perlu dimaknai sebagai bagian dari proses pencerdasan terhadap setiap tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat," kata Sudirman Gani.
Dikatakan, Pemda Sumbar memberikan dukungan penuh atas peringatan Harlah ke 85 melalui Mudzarakah Kubro II ini. NU sebagai salah satu organisasi massa keagamaan yang sangat konsisten dalam mempertahankan khittah organisasinya terhadap pembinaan kehidupan umat Islam.
"Sikap konsisten yang ditunjukkan NU dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, kiranya patut jadi contoh bagi organisasi massa lainnya. Sikap netralitas kaum nahdlhiyin dalam menyikapi berbagai dinamika kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, telah menempatkan organisasi NU sebagai mitra strategis bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam rangka pembinaan umat beragama," katanya. (arm)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua