Warta SETENGAH ABAD LESBUMI

Nafas Selawat D. Zawawi Imron dan Ahmad Tohari

Jumat, 30 Maret 2012 | 23:57 WIB

Jakarta, NU Online
Selawat kepada Nabi Muhammad SAW berhamburan tak henti-hentinya dari bibir D Zawawi Imron dan Ahmad Tohari. Lepas sembahyang Magrib, keduanya bergegas meninggalkan hotel menuju kantor PBNU untuk mengisi Pidato Kebudayaan D Zawawi Imron, pukul 19.30 di Aula PBNU lt. 8, Rabu (28/3).

Keduanya terus melantunkan selawat Nabi sepanjang perjalanan dari sebuah hotel di Jl. Raden Saleh, Jakarta Pusat menuju Kantor PBNU, Jl. Kramat Raya No. 164. Keduanya bersama seorang penjemput dari NU Online menumpangi sebuah taksi. Lantunan selawat keduanya menghempas-hempas dinding taksi.<>

Gerimis di alam raya dan sejuknya hembusan AC taksi, lebur dalam kehangatan selawat. Armada taksi bergerak menyusuri jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat lalu menikung ke kiri menyisir gelap dan hitamnya Sungai Ciliwung mengarah ke Kantor PBNU Jakarta Pusat.

Selawat Nabi mengiringi kebesaran D Zawawi Imron sebagai penyair dan Ahmad Tohari sebagai novelis. Tak dapat dipungkiri kebesaran keduanya sebagai sastrawan dari lingkungan pesantren. Dunia sastra di level nasional maupun internasional, mengangguk setuju akan hal ini.

Ketekunan dan kerja keras mengantarkan keduanya di jajaran nama raksasa sastrawan. Kecuali itu, lantunan selawat Nabi Muhammad SAW yang tak sudah dari bibir keduanya yang semakin menua, ambil bagian mengibarkan nama keduanya.

Sebagai orang pesantren, kebesaran keduanya tak menghalangi mereka untuk tetap di dalam koridor tradisi pesantren. Zikir yang berupa selawat kepada Nabi Muhammad SAW. adalah bagian yang satu-menyatu dengan santri pesantren seperti keduanya.


Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis  : Alhafiz Kurniawan