Warta

NU Lemah di Sistem, SDM dan Manajemen

Kamis, 15 Desember 2005 | 01:17 WIB

Magelang, NU Online
Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) harus segera melakukan pembenahan internal, terutama persoalan sumber daya manusia dan manajemen. Karena persoalan itulah yang sedang dialami NU selama ini. Demikian kata Sekjen PBNU, Dr. Endang Turmudi MA saat hadir pada Pelatihan Manajemen dan Sumber Daya Manusia yang diselenggarakan oleh Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) PCNU Kabupaten Magelang, Rabu (14/12).

Pelatihan yang sedang diselenggarakan ini, kata Endang Turmudi merupakan usaha NU dalam rangka melakukan pembenahan internal. Namun demikian ia menegaskan bahwa bukan berarti lewat pelatihan tersebut segala persoalan akan selesai. Pelatihan tersebut merupakan awalan saja. Perbaikan internal NU merupakan proses yang panjang.

<>

“Kalau berharap semuanya selesai melalui pelatihan yang singkat ini, saya rasa tidak mungkin. Pelatihan ini hanya awalan, harapannya ke depan pelatihan semacam ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan,” terang Endang, demikian panggilan akrabnya.

Sementara itu, Sekretaris PWNU Jawa Tengah, Ashari SE. AKT, yang juga hadir sebagai narasumber pada acara tersebut mengatakan hal yang sama dengan Endang Turmudzi. Menurutnya, kelemahan paling mendasar NU adalah persoalan sistem. Dikatakannya sistem di NU tidak berjalan secara optimal.

Ia melihat selama ini NU dijalankan oleh beberapa orang pengurus saja. Sementara pengurus yang lain hanya jadi pajangan saja, sama sekali tidak optimal fungsi dan perannya. Kondisi semacam itu umumnya terjadi pada kepengurusan NU di daerah.

“Jadi, ketua itu adalah ketua pada umumnya. Semuanya dikerjakan oleh ketua, sedangkan (pengurus, Red) yang lain hanya numpang nama saja. Bendahara, sekretaris dan seterusnya hampir tidak jalan sama sekali,” terang Ashari disambut tawa peserta.

Dikatakannya juga selama ini NU selalu mengandalkan keikhlasan saja dalam melakukan sesuatu. Yang terjadi akhirnya hanya orang-orang yang ikhlas saja yang bersedia mengurusi NU. Ia mencontohkan pada persoalan penggalian dana di NU yang selama ini selalu mengandalkan pada konsep pahala atau surga.

Hal itu menurutnya tidak salah, tapi jika konsep tersebut yang menjadi andalan, maka sampai kapan pun NU tidak akan pernah berkembang. “Berharap ada orang yang dengan ikhlas, tanpa mengharap apa pun untuk mengurusi NU jaman sekarang susah. Jadi paradigmanya harus dirubah,” ujarnya.

Oleh karena itu ia mengusulkan agar ada semacam reward bagi pengurus maupun warga yang punya komitmen untuk memajukan NU. Dengan demikian, orang akan tertarik atau setidaknya menjadi motivasi bagi siapa pun untuk mengurusi NU.

Pelatihan tersebut diikuti 30 peserta yang merupakan perwakilan dari beberapa pengurus di lingkungan PC NU Kabupaten Magelang. Di antaranya dari pengurus tanfidziah, badan otonom (banom), LP Ma’arif dan juga utusan dari pondok pesantren. Pelatihan tersebut berlangsung hingga tanggal 17 Desember 2005.

Adakan Pelatihan Berkelanjutan

Sebagian besar peserta pelatihan tersebut berharap agar ke depan NU dapat membuat pelatihan semacamnya secara berkelanjutan. Hal itu didasari pandangan bahwa sangat tidak mungkin berharap perbaikan internal NU akan selesai hanya melalui pelatihan yang singkat itu.

Beberapa peserta kemudian mengusulkan kepada PCNU Kabupaten Magelang agar mengadakan Training of Trainer (Pelatihan untuk Pelatih). Pelatihan itu diharapkan dapat menjadi follow up dari pelatihan yang sedang diselenggarakan. (rif)