Warta MMI Ancam Sembelih

Pendukung Gus Dur di Jatim dan Jateng Meradang

Selasa, 9 Agustus 2005 | 02:38 WIB

Jakarta, NU Online
Komandan Dewan Koordinator Wilayah (DKW) Garda Bangsa Jawa Timur Slamet Santoso mengatakan telah melayangkan ultimatum kepada Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) untuk meminta maaf kepada mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) paling lambat 3x 24 jam terhitung sejak hari ini (Senin, 8/8/2005).

“Permintaan maaf itu harus melalui media massa khususnya di Jawa Timur dan datang langsung ke DPW PKB Jatim. Jika tidak, maka baik dikomando atau tidak, saya tidak bertanggungjawab jika terjadi apa-apa. Kita akan jalan sendiri,” kata Slamet seperti dikutip www.gusdur.net.

<>

Pernyataan Slamet itu menanggapi ancaman Ketua Dewan MMI Jatim Yunus Muhammad Bakar, pada Minggu (7/8/2005). Yunus menilai Gus Dur yang melindungi penganut Ahmadiyah sebagai orang gila dan tidak rasional.  “Nanti bukan Ahmadiyah yang digorok, tapi Gus Dur dan Ulil yang akan digorok (dipotong leher –red),” kata Yunus seperti ditirukan Slamet.

Slamet mengatakan pendukung Gus Dur tidak terima dengan pernyataan Yunus itu. Puluhan satgas langsung meluapkan kemarahannya dengan berdatangan di kantor DPW Caretaker PKB Jatim, Jalan Ketintang Baru I, Surabaya. Satgas PKB juga menenteng senjata tajam, seperti pedang, keris, dan clurit.

“Selain Satgas, sekarang massa terus berdatangan ke Kantor DPW PKB Jawa Timur untuk meminta penjelasan dan ikut serta sebagai pasukan,” jelas Santoso.

“Kita siap membela Gus Dur. Gus Dur adalah junjungan kita. Saya rela ditangkap untuk membela junjungan,” tegas Slamet dengan logat Madura yang khas.

Sementara Ketua MMI Surabaya Zulkarnain Yusuf menilai, pernyataan Yunus adalah tanggung jawab pribadi. "Semestinya dia meminta maaf karena pernyataan tersebut sama sekali bukan pernyataan untuk publik. Dan kalau ada ketersinggungan sepatutnya kita minta maaf," kata Zulkarnain.

Sebenarnya memanasnya hubungan antara warga Nahdlatul Ulama dengan MMI di Jatim dimulai sejak beberapa waktu silam. Saat itu, sejumlah anggota Garda Bangsa menjaga Kantor Ahmadiyah, Jalan Bubutan, Surabaya.

Hadapi Pasukan Berani Mati

Tidak hanya di Jawa Timur, pendukung Gus Dur di Jawa Tengah juga bereaksi. KH Nuril Arifin (Gus Nuril) menyatakan sebelum menyembelih Gus Dur, terlebih dahulu MMI harus menghadapi Pasukan Berani Mati (PBM). “Mereka harus berhadapan dengan PBM lebih dulu,” kata Pengasuh PP Soko Tunggal, Semarang Jawa Tengah yang juga Panglima Pasukan Berani Mati.

Menurut Gus Nuril, pernyataan Yunus itu harus ditanggapi dengan serius. “Ini tidak hanya ancaman dan gertakan. Ini serius sekali. Jadi kita juga serius,” tegas Gus Nuril. Gus Nuril mengingatkan, menyembelih seorang muslim sama dengan menyembelih orang muslim sedunia, apalagi menyembelih seorang ulama.

Karena misi utama PBM adalah melindungi semua ulama, terutama ulama Nahdhatul Ulama (NU), maka Gus Nuril akan segera memanggil semua anggota resminya yang berjumlah puluhan ribu orang. “Lebih-lebih kalau Gus Dur yang diancam,” ujar Gus Nuril.

Gus Nuril yakin, ancaman-ancaman penyembelihan itu dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal yang menginginkan diberlakukannya Piagam Jakarta atau tegaknya Negara Islam di Indonesia ini. “Saya juga baru menerima surat Gus Dur untuk turut membantu menenteramkan bangsa ini,” ungkapnya. (cih)