Warta Kongres XV Muslimat NU

Pertahankan Khittah NU 1926 dan Aswaja di Muslimat NU

Jumat, 24 Maret 2006 | 12:46 WIB

Jakarta, NU Online
Pertahankan Khittah NU 1926 dan Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) di Muslimat NU. Itulah visi dan misi yang diusung oleh Mahfudloh Aly Ubaid, salah satu kandidat Ketua Umum PP Muslimat NU, dalam Kongres ke-25 yang akan digelar di Batam, Kepri 28 Maret hingga 1 April mendatang.

Putri dari KH Abdul Wahab Chasbullah ini mengatakan visi dan misi yang diusungnya itu berangkat dari pemikiran bahwa Muslimat NU saat ini rentan ditarik-tarik ke dalam dunia politik praktis.

<>

”Muslimat tidak boleh dibawa-bawa oleh partai politik tertentu, tidak boleh dicampuri oleh kepentingan politik. Oleh karena itu, visi-misi saya jelas; mempertahankan dan melestarikan Khittah NU 1926 dari Muslimat NU. Karena Khittah NU 1926 adalah pegangan utama bagi Muslimat,” terang politisi dari PPP ini kepada NU Online di Jakarta, Juma't (24/3).

Selain mempertahankan Khittah NU 1926 dari Muslimat NU, Mahfudloh—demikian ia akrab dipanggil—mengatakan bahwa penanaman nilai-nilai Aswaja di lingkungan Muslimat sangat penting dilakukan. Ia menilai, saat ini nilai-nilai tersebut sudah mulai luntur. Sekarang saya amati, banyak warga Muslimat tapi anaknya tidak tahu ke mana, tidak mengikuti jejak orang tuanya,” terangnya.

Dalam hal penanaman nilai Aswaja, menurut Mahfudloh, pertama kali harus mulai dilakukan di dalam keluarga. Orang tua perempuan, menurutnya  memegang perang sangat penting. “Tanggungjawab ibu-ibu Muslimat adalah pertama dalam keluarga. Mewarnai dan menanamkan Aswaja dalam keluarga. Membentuk Islam, juga Islam yang Aswaja. Itu tugas utama ibu-ibu Muslimat,” katanya.

Berangkat dari Hati Nurani

Untuk kepentingan pencalonan itu, Mahfudloh mengaku tidak didorong oleh siapa pun, kecuali dorongan hati nuraninya sendiri. “Saya maju berangkat dari hati nurani. Tidak ada yang mendorong. Hanya Allah yang menggerakkan saya,” terangnya. Hal itu menurutnya, dilakukan semata demi kepentingan Muslimat agar organisasi tersebut tidak dicampuri oleh kepentingan politik

Meski memiliki latarbelakang partai politik, namun ia menegaskan bahwa pencalonannya sama sekali tidak ada kepentingan politik tertentu. “Walaupun saya anggota PPP (baca; Partai Persatuan Pembangunan, red), tapi sama sekali tidak ada unsur politik dalam hal ini. Bagi saya yang paling utama adalah Muslimat. Soal partai, itu urusan lain,” ujarnya. (rif)