Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Petugas Kebersihan Selalu Berusaha Ikhlas Mengabdi di Masjid Nabawi

Sabtu, 9 Oktober 2010 | 10:29 WIB

Madinah, NU Online
Sebagai sebuah Masjid yang besar, Masjid Nabawi di Madinah membutuhkan banyak sekali petugas kebersihan dan juga petugas keamanan. Untuk para petugas keamanan Masjid Nabawi, baik yang berpakaian dinas militer maupun yang memakai gamis dan lutra (sorban) kotak-kotak merah putih, tampak tidak terdapat petugas selain dari etnis Arab.

Kondisi ini berbeda dengan para petugas kebersihan (cleaning servise), yang berasal dari beragam etnis. Ada patugas kebersihan berkebangsaan Indonesia, Bangladesh, India dan lain-lain. Para petugas ini dikelola melalui jasa penyaluran tenaga kerja. Mereka bekerja kepada Masjid Nabawi dan menerima upah dari pengelola Masjid.
>
Demikian dinyatakan oleh salah seorang petugas kebersihan asal Garut Jawa Barat dalam perbincangannya kepada NU Online di sela-sela tugasnya di Masjid Nabawi, akhir pekan ini (9/9). Menurut Tenaga kerja Indonesia yang juga bekerja paruh waktu di tempat lain ini, dirinya cukup senang dengan pekerjannya sebagai petugas kebersihan (Marbot) masjid Nabawi.

"Ya, meski upahnya relatif kecil, disyukurin aja deh Mas. Hitung-hitung mengabdi kepada Allah dengan membersihkan Masjid setiap saat," tutur pria yang mengaku masih lajang ini.

Sementara petugas kebersihan lain yang berasal dari Purwakarta Jawa Barat menyatakan, para petugas kebersihan di Masjid Nabawi juga bekerja paruh waktu di hotel-hotel sekeliling Masjid Nabawi. Dari kerja paruh waktu inilah mereka menutupi minimnya upah sebagai petugas kebersihan di Masjid Nabawi.

"Kan namanya kita kerja di Luar negeri jadi TKI, jadi ya harus bisa bawa uang banyak waktu pulang kampung nanti," tandas petugas yang mengaku bernama Parta ini.

Lebih lanjut, Parta yang sudah lebih dari dua tahun mengabdi di Masjid Nabawi ini, juga menceritakan, banyak suka duka sebagai petugas kebersihan di Nasjid Nabawi yang harus dihadapi setiap hari.

"Terkadang gaji kita dipotong tiga hari, jika melakukan kesalahan. bahkan termasuk kesalahan kecil,' akunya dengan wajah sendu.

Meski demikian, dirinya mengaku tetap bangga bisa bekerja di Masjid Nabawi, karena tidak semua TKI dapat bekerja di sini. "Minimal resiko tidak dibayar sangat minim," tandas pria yang mengaku sering bertemu dengan para tetangganya yang sedang berziarah di Makam Rasulullah SAW. (min/Laporan Syaifullah Amin dari Saudi Arabia)