Warta

Rombongan ABIM Silaturrahmi dengan PBNU

Jumat, 28 Desember 2007 | 11:57 WIB

Jakarta, NU Online
Tiga organisasi Islam yang berasal dari Malaysia, Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Wadah Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH), dan Pertubuhan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM) melakukan kunjungan silaturrahmi dengan PBNU pada Jum’at sore (29/12).

Empat puluh anggota rombongan ini diterima oleh Ketua PBNU Masykuri Abdillah beserta sejumlah pengurus badan otonom kepemudaan NU seperti Idy Muzayyad dari IPNU, Malik Haramain dari GP Ansor dan Wafa Patria Umma dari IPPNU.

<>

Sementara itu rombongan dari Malaysia dipimpin oleh Dato’ Dr. Siddiq Fadzil (Presiden WADAH), Yusri Muhammad (Presiden ABIM) serta Muniroh Bahari (Ketua HEWI PKPIM).

ABIM sendiri di Indonesia dikenal dengan keterkaitannya pada Dr. Anwar Ibrahim yang memiliki kedekatan dengan para pemimpin mahasiswa Indonesia kala itu sementara WADAH adalah ormas yang bergerak dalam peningkatan pendidikan sedangkan PKPIM adalah induk organisasi pelajar di Malaysia.

Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk mengukuhkan kembali hubungan dakwah dan silaturrahmi dengan badan dakwah dan gerakan Islam di Indonesia, meningkatkan hubungan intelektual dan keilmuan dikalangan intelektual dan ulama Malaysia dan Indonesia serta menanamkan bibit yang mempertautkan generasi muda Indonesia dan Malaysia yang akan memimpin gerakan dakwah dan Islam kedua negara di masa depan.

“Kami ingin tahu dan belajar banyak tentang NU yang merupakan organisasi yang mengakar, terutama di pesantren. Kami ingin tahu bagaimana NU mengatasi berbagai gelombang yang tidak kecil dan bertahan sampai sekarang,” kata Dr. Siddiq Fadzil yang mengaku masih keturunan Ponorogo.

Terkait dengan masalah pengakuan beberapa budaya Indonesia oleh Malaysia, Yusri Muhammad menjelaskan bahwa organisasinya tidak selalu mendukung segala kebijakan pemerintah, tetapi juga menjadi kelompok penekan terhadap pada hal-hal yang dianggapnya kurang baik.

Persoalan ini dianggap oleh Siddiq sebagai masalah yang komplek. Bangsa yang awalnya satu kemudian dipisahkan akibat penjajahan menyebabkan bisa terjadinya dualime klaim. Namun diharapkan setelah terjadinya kejelasan status, tak ada lagi kalim dari fihak lainnya.

Sementara itu Prof. Dr. Masykuri Abdillah menjelaskan sejarah perkembangan NU yang awalnya merupakan ormas Islam, berubah menjadi parpol kemudian kembali lagi menjadi ormas Islam agar bisa menjalankan dakwah dengan baik. Dikatakannya NU bukan parpol tetapi juga berpolitik dalam konteks politik kebangsaan, bukan politik kekuasaan. (mkf)