Warta

Usaha Batik Warga NU Pekalongan Bertekad Tembus Pasar Ekspor

Sabtu, 13 Desember 2008 | 23:20 WIB

Pekalongan, NU Online
Usaha mikro kecil di bidang batik yang dijalankan warga Nahdlatul Ulama (NU) di Pekalongan bertekad menembus pasar ekspor. Namun, manajemen berbasis keluarga harus mulai ditinggalkan dan harus beralih pada manajemen bisnis modern.

Demikian hal yang mengemuka pada Pelatihan Manajemen Bisnis dan Penguatan Jejaring Usaha bagi Pengusaha Mikro Kecil di Bidang Usaha Pariwisata dalam Rangka Visit Indonesia Year 2008 di Hotel Istana, Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (13/12).<>

Wakil Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Perekonomian NU, Fathkhan Subkhi, yang hadir pada pelatihan itu, mengatakan, manajemen berbasis keluarga menjadikan usaha sulit bersaing dengan kompetitor.

“Sebagai warga NU yang mayoritas, kita harus mengakui bahwa masih banyak di antara warga kita yang bergerak di bidang bisnis yang masih menggunakan manajemen keluarga, sehingga sulit bersaing dengan kompetitor, akibatnya kita susah menembus pasar ekspor, ujarnya seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Abdul Muiz.

Menurut Fathakhan, langkah dini yang harus dilakukan, di samping meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, yang lebih penting pengusaha NU di bidang usaha mikro harus mandiri. “Sebab, dengan mandiri kita bisa kuat dan mampu menembus berbagai pasar domestik maupun ekspor,” tandasnya.

Ia menambahkan, berbagai peluang sedang dilakukan PP LPNU, di antaranya, bekerja sama dengan Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Kesehatan dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar).

Dirinya berharap, kerja sama dengan Depbudpar bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh peserta pelatihan untuk mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik, khususnya di bidang wisata batik dan kuliner yang saat ini cukup tersedia banyak di wilayah Pekalongan dan sekitarnya.

Kepala Direktur Pemberdayaan Masyarakat Depbudpar, Bakri, berharap peserta pelatihan agar dapat memanfaatkan pariwisata sebagai ajang promosi maupun jualan produk unggulan Pekalongan. Seperti halnya batik, handycraft, dan lain-lain yang diproduksi masyarakat. Sehingga turis domestik maupun asing bisa membeli produk ke sumbernya langsung. (rif)