Balitbang Kemenag

Inilah Gambaran Kondisi Manuskrip Keagamaan Nusantara di ASEAN

Sabtu, 19 November 2016 | 03:30 WIB

Jakarta, NU Online
Studi Preservasi Manuskrip Keagamaan di ASEAN (Preservation Study of Nusantara’s Religious Manuscripts in the ASEAN countries (Malaysia, Thailand, Singapura, dan Brunei) oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan (LKK) Kementerian Agama RI pada 2015 menemukan, manuskrip keagamaan Nusantara masih banyak tersebar di negara-negara Asia Tenggara. Keadaannya sangat bervariasi, sebagian sudah ditangani secara baik dan sebagian yang lain masih dalam kondisi yang tidak terpelihara. 

Selama penelitian tersebut, total manuskrip dari keempat negara yang berhasil diidentifikasi mencapai lebih dari 1500 manuskrip. Pada umumnya empat negara ini memiliki perhatian terhadap penyelamatan manuskrip keagamaan melalui pemerintah serta masyarakat setempat, terutama lembaga-lembaga yang diberikan amanah untuk menjaganya. 

Di Malaysia dan Brunei, penyelamatan telah dilakukan dengan cara membeli naskah yang ada di sekitarnya, termasuk wilayah Indonesia dengan harga yang tinggi. Banyak sekali manuskrip Indonesia yang ditemukan di negara Malaysia dan Brunei Darussalam. Kedua negara tersebut, melakukan pemeliharan manuskrip dengan “baik”, dengan menggunakan alat-alat teknologi canggih. Demikian juga dengan Singapura, penanganan manuskrip juga sudah dalam bentuk digital. Layar sentuh disajikan kepada pembaca untuk menggali informasi di dalam masnukrip yang disediakan. 

Sementara Thailand (Pattani), sangat disayangkan, naskahnya masih belum cukup dan layak perlakuan terhadapnya sehingga keadaannya memperihatinkan dan mengkhawatirkan. Belum lagi masih banyak naskah yang berada di tangan masyararakat yang disimpan secara pribadi tetapi kurang terpelihara dengan baik. Manuskrip di Pattani belum dikatalogkan, apalagi untuk kajian secara intensif dalam hal menggali pengetahuan yang ada di dalamnya. 

Pada umumnya manuskrip yang menjadi koleksi negara Malaysia dan Brunei adalah sebagian besar berasal dari negara tetangganya, terutama Indonesia. Mereka mendapatkannya dengan cara melacak terlebih dahulu kepada broker-brokernya, setelah itu mereka beli dengan harga yang tinggi. 

Hasil penelitian mengungkapkan, banyak manuskrip Indonesia yang dibeli Malaysia yang berasal dari wilayah Aceh. Mereka masih akan datang ke Aceh untuk membeli manuskrip-manuskrip Aceh secara besar-besaran pada naskah yang masih tersebar di masyarakat. Selain itu, manuskrip juga berasal dari wilayah mereka sendiri namun dalam jumlah yang sedikit. Di Brunei, misalnya, ditemukan juga koleksi naskah dari Srilanka dan Borneo. Sementara Pattani, koleksi naskahnya adalah dari leluhur mereka yang berawal dari Syekh Daud al-Pattani. Para ulama dan penulis setelahnya banyak memproduksi manuskrip-manuskrip Nusantara yang isinya tentu sangat berguna bagi generasinya dan generasi sesudahnya. (Mukafi Niam)


Terkait