Penelitian Buktikan Budaya Jadi Modal Sosial Pembangunan Agama di Indonesia
Sabtu, 22 Mei 2021 | 14:15 WIB
Para peneliti dari Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) melakukan penelitian di enam lokasi terkait keagamaan pada 2020.
Penelitian berjudul Penguatan Moderasi Beragama melalui Tradisi Ritual Kegamaan mengungkapkan, kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia ditandai oleh pelbagai faktor sosial dan budaya seperti, perbedaan tingkat pendidikan para pemeluk agama, perbedaan tingkat sosial ekonomi para pemeluk agama, perbedaan latar belakang budaya, serta perbedaan suku dan daerah asal. Sehingga, moderasi beragama dapat menjadi salah satu upaya dan jalan tengah di tengah-tengah keberagaman beragama khususnya di Indonesia.
Para peneliti menyebutkan, sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, bahwa tradisi ritual menjadi salah satu dari sembilan obyek pemajuan kebudayaan. Upaya pemajuan kebudayaan tersebut bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; memperkaya keberagaman budaya, memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa, dan melestarikan warisan budaya. Di sisi yang lain, Indonesia selain budayanya yang sarat akan nilai-nilai agama, juga memiliki keragaman dalam kebudayaan yang menjadi identitas masyarakatnya.
Dalam penelitian tersebut objek yang menjadi sorotan utama yakni tradisi Maulid Nabi dan Rebo Wekasan di Karadenan Bogor, tradisi nadran di kota Cirebon, ritual ngareremokeun di Kasepuhan Cisungsang, tradisi Suroan sebagai upacara keagamaan yang secara rutin dilaksanakan oleh masyarakat adat Cireundeu, serta dondang tradisi khas Sunda menyajikan makanan pada satu tempat yang dibagikan dan dimakan bersama-sama.
Peringatan Maulid Nabi di Karadenan sebagai tradisi leluhur yang tetap dilestarikan juga menjadi objek wisata religi yang secara besar-besaran diikuti oleh pengunjung dari berbagai wilayah. Peringatan Maulid Nabi melibatkan partisipasi seluruh masyarakat Karadenan dalam menyukseskan acara tersebut.
Perilaku beragama masyarakat Karadenan bersikap moderat. Artinya, sikap toleransi dalam beragama dan memelihara nilai-nilai kearifan leluhur kebersamaan, kebangsaan, kemanusiaan dan gotong royong. Bahkan, ritual keagamaan Maulid Nabi ada juga kegiatan dondang yaitu menyediakan beragam makanan.
Penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan fenomenologi dan konstruksi sosial untuk mengamati berbagai macam tradisi keagamaan yang diduga mengandung unsur sinkritisme. Fenomena-fenomena tersebut antara lain berupa praktik keagamaan, ajaran-ajaran, bacaan-bacaan, tokoh-tokoh dan lainnya.
Untuk mencapai hasil yang maksimal paran peneliti mengambil indikator terhadap moderasi beragama, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal.
Nilai Tradisi
Peneliti juga mengungkapkan pada tradisi kearifan lokal tersebut terkandung berbagai nilai. Pertama, dengan komitmen kebangsaan dalam tradisi ritual kegamaan yang dikaji terlihat dari sikap dan perilaku para pelaku tradisi. Di Karadenan, Bogor peringatan Maulid Nabi Muhammad sebagai salah satu cerminan jati diri bangsa sebagai bangsa yang agamis mesti bukan negara agama.
Kedua, peringatan Maulid Nabi menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air dengan merawat jejak tinggalan leluhur dalam hal ini benda pusaka, menampilkan atribut Kerajaan Pajajaran sebagai bagian dari sejarah bangsa. Kemudian juga mempertunjukkan kesenian khas Nusantara dalam alunan musik rebana dan shalawat, menyajikan berbagai makanan khas Sunda dalam bingkisan bongsang dan dondang, menyelenggarakan Maulid Nabi dengan penuh kebersamaan dan kekeluargaan, menggunting rambut bayi sebagai tradisi asyraqal yang diiringi dengan pembacaan shalawat dan tradisi saweran khas Nusantara.
Peneliti mengemukakan bahwa, tradisi ritual keagamaan yang menjadi obyek kajian memainkan peranan yang sangat penting sebagai salah satu sarana yang mampu mengintegrasikan berbagai perbedaan pandangan yang semakin kompleks di tengah-tengah masyarakat modern. Oleh karena itu, tradisi ritual keagamaan yang menjadi obyek kajian dapat menjadi medium penguatan modal sosial pembangunan agama di Indonesia.
Selain nilai-nilai moderasi, tradisi ritual keagamaan di enam wilayah juga mengandung nilai-nilai karakter bangsa yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran baik di Sekolah tingkat Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga Perguruan Tinggi (PT).
Penulis: Rahmad Salam
Editor: Kendi Setiawan