Dalam Jurnal Dialog Volume 41, No. 1 yang terbit Juni 2018 dimuat hasil penelitian Balitbang Diklat Kemenag berjudul Studi Asesmen Rintisan Pendidikan Keagamaan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) di Hong Kong.
Studi yang dilakukan Iyoh Mastiyah ini mendeskripsikan rintisan pendidikan keagamaan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) di Hong Kong. Temuan penelitian menunjukan bahwa perkembangan Pendidikan Keagamaan di Hong Kong cukup menggembirakan terbukti banyaknya lembaga pendidikan keagamaan, baik dalam bentuk organisasi maupun majelis taklim yang kegiatannya cukup semarak.
Berdasarkan peluang dan potensi yang tersedia, telah disepakati adanya rintisan Madrasah Diniyah Takmiliyah yang diikuti komitmen (agreement) dengan terbentuknya stackeholder atau tim penyelenggara rintisan Madrasah Diniyah Takmiliyah di Hong Kong.
Rintisan Pendidikan Keagamaan Madrasah Diniyah Takmilyah di HK akan terselenggara manakala terdapat peluang dan potensi yang dapat mendukungnya. Potensi tersebut baik berupa sarana, SDM maupun kekuatan-kekuatan lain yang dapat mendukungnya. Berdasarkan informasi dan hasil penelusuran di lapangan menunjukan adanya peluang yang cukup besar untuk menyelenggarakan rintisan Madrasah Diniyah Takmiliyah di HK.
Pertama adalah adanya organisasi Islam dan majelis taklim organisasi Islam dan majelis taklim di HK yang jumlahnya cukup banyak baik yang didirikan oleh negara-negara lain maupun yang didirikan oleh orang Indonesia yang terwadahi dalam Persatuan Organisasi Muslim Indonesia HK (POSMIH). Organisasi dan majelis taklim membawa misi syiar Islam. Salah satu organisasi keagamaan yaitu PCINU Hong Kong yang siap menyelenggarakan program rintisan Pendidikan Keagamaan Madrasah Diniyah di HK.
Razak dan Teguh Subaryanto, sebagai pengurus PCINU saat ditemui di Sekretariat NU sangat antusias. Mereka langsung melaksanakan rapat pengurus dan menetapkan bahwa rintisan Pendidikan Keagamaan Madrasah Diniyah Takmiliyah menjadi salah satu program utama PCINU HK.
Hanya saja rintisan Madrasah Diniyah Takmiliyah yang dikembangkan lebih mengarah pada pendidikan keagamaan bagi orang dewasa, karena di HK yang paling membutuhkan adalah orang dewasa, di mana sebagian besar pengetahuan agamanya masih dasar, karena itu cukup tepat jika lembaga pendidikan tersebut di rintis. Artinya NU siap merintis pendidikan keagamaan dengan pola Madrasah Diniyah Takmiliyah yang sasarannya orang dewasa (BMI).
Saat ini Majelis taklim yang ada secara kuantitas cukup memadai untuk memberikan pendidikan agama. Namun, belum menyentuh anak-anak. Orientasi majelis taklim terbatas kepada orang dewasa, karena pesertanya kebanyakan orang dewasa. Namun tidak menutup kemungkinan menurut Ina salah satu BMI, ke depan jika anak-anak Muslim Indonesia bertambah banyak jumlahnya di HK, Muslimat NU HK juga akan merambah untuk pengajian anak-anak, dan Madrasah Diniyah Takmiliyah dapat dirintis.
Untuk sementara ini majelis taklim lebih fokus pada pendidikan keagamaan orang dewasa karena orang-orang dewasa atau BMI yang ada di HK sangat membutuhkan pendidikan agama.
Kedua, adanya dukungan Pemerintah/KJRI terhadap pendidikan keagamaan KJRI merupakan lembaga pemerintah di dalam strukturnya terdapat salah satunya adalah fungsi penerangan, sosial dan budaya (Pensosbud). Dari fungsi ini menargetkan adanya informasi yang lancar dari HK untuk semua kalangan di Indonesia, meningkatkan citra Indonesia, memperkenalkan budaya nasional dan meningkatkan kerjasama pendidikan antara kedua negara.
Untuk menopang hal tersebut, kerja sama dengan media massa dan kalangan publik menjadi penting. Pensosbud juga terus melakukan pembinaan terhadap masyarakat Indonesia yang ada di HK yang tergabung dalam perkumpulan-perkumpulan.
Terdapat beberapa kebijakan dan kegiatan yang telah dan terus dilaksanakan oleh KJRI, khususnya bagi para BMI di HK, yaitu Welcoming Program, merupakan sebuah program yang berorientasi bagi para TKI yang baru datang ke HK. Para TKI diberikan berbagai informasi terkait dengan pekerjaan dan kehidupannya di HK, antara lain tentang kontrak kerja dan peraturan-peraturan di HK, keconsularan, keimigrasian dan paspor, beragam kegiatan pembinaan TKI, informasi tertib lalu lintas, keselamatan dan kesehatan bekerja, serta informasi penting lainnya.
Kebijakan berikutnya During-Stay Program, merupakan program KJRI yang dilaksanakan secara berkala atau regular sepanjang tahun bagi para TKI. Program ini meliputi penyelenggaraan berbagai kursus keterampilan, antara lain kursus memasak, bahasa Kanton dan kecantikan, penyuluhan ketenagakerjaan, hukum, rohani dan keagamaan. Termasuk dalam bentuk pembinaan berkala adalah program radio 'Ngobrol Bersama KJRI'.
KJRI HK senantiasa mendorong para TKI untuk aktif dan memanfaatkan hari liburnya dengan berbagai kegiatan positif, dan program ini diharapkan dapat bermanfaat selama bekerja di HK dan sekembalinya ke Indonesia nanti.
Program berikutnya Exit Program, merupakan program terutama bagi TKI yang akan segera kembali ke tanah air. Program ini salah satu kegiatan pembekalan bagi TKI untuk persiapan mental dan psikologis sepulang ke Indonesia. Materi yang diberikan yaitu kewirausahaan menjadi salah satu materi utama, yang diharapkan TKI dapat mandiri merintis usahanya sehingga tidak kembali bekerja di HK, bahkan membuka peluang kerja bagi warga di kampung halamannya.
Selain itu mereka juga diberi bekal persiapan mental untuk kembali ke tanah air, setelah mereka terbiasa menjalani kehidupan di HK. Hal ini penting mengingat kehidupan di HK berbeda, hal tersebut tentunya membutuhkan penyesuaian diri kembali (reversed cultural shock). Menurut Helena, pemerintah HK sangat terbuka, kotanya bersih dan menerima kebebasan. Walapun terdapat kasus-kasus yang negatif namun dibandingkan dengan negara lain kasuskasus yang dihadapi BMI di HK lebih sedikit.
Melalui tiga kegiatan diharapkan BMI memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan kasus-kasus negatif semakin menurun.
Secara fungsional tidak ada struktur yang membawahi Pendidikan Agama dan Keagamaan secara khusus, namun secara empiris perhatian KJRI terhadap muslim Indonesia cukup akomaodatif. KJRI memfasilitasi berbagai kegiatan terkait Pendidikan Keagamaan baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, khususnya pendidikan keagamaan Islam.
Salah satu staf KJRI Yolfis menuturkan, bahwa Pendidikan Keagamaan secara formal tidak ada di HK, namun pengajian untuk anak-anak dan majelis taklim telah tersedia yaitu Majelis Taklim Al Falah setiap Kamis dan pengajian anak-anak setiap hari Sabtu dan pengelolanya adalah pengurus Darma Wanita.
Menurut Dani, di bawah Darma wanita terdapat program pengajian bagi anak-anak muslim Indonesia, ruangan belajar di lantai satu KJRI dan diberikan dana per bulan 1500 dollar oleh KJRI. Dengan adanya sarana yang cukup representatif dan tambahan biaya dari KJRI, proses belajar dapat berjalan walaupun belum efektif, karena dari sisi kurikulum, materi dan bahan ajar serta referensi belum tersedia dan kegiatan pengajian terjadwal setiap hari Sabtu.
Tersedianya sarana ibadah masjid merupakan sarana yang paling efektif, pada masa Nabi masjid merupakan markas umat Islam baik untuk kegiatan sosial, ekonomi maupun ibadah apalagi untuk kegiatan belajar agama. Di setiap pojok masjid banyak orang-orang berkumpul mengelilingi guru untuk belajar agama. Demikian juga di HK terdapat masjid yang difungsikan oleh komunitas Muslim selain untuk ibadah juga untuk kegiatan sosial dan majelis taklim serta pengajian bagi anak-anak.
Masjid-masjid tersebut yaitu Masjid Jamia di Tsim Sha Tsui, Kowloon dibuka tahun 1984, berkapasitas 2.000 orang. Masjid Ammar Wanchai, dibuka tahun 1981 dengan kapasitas 700 orang. Masjid Chai Wan–Chai Wan Mosque, di Chai Wan. Masjid Stanley – Stanley Mosque, di Stanley, Masjid Ibrahim– Ibrahim Mosque Yau Ma Tei, merupakan masjid terbaru (termuda) di Yan Cheung Road, Kowloon yang diresmikan 24 November tahun tahun 2013.
Masjid-masjid tersebut terbuka untuk semua anak-anak Muslim baik anak-anak HK maupun luar HK. Namun anak-anak Muslim Indonesia yang belajar ngaji di masjid-masjid tersebut tidak ada, karena BMI bekerja tanpa membawa keluarga, kecuali ada yang menikah dengan orang HK dan mereka menjadi penduduk HK permanen. Karena itu tidak ada pusat pengajian anak-anak muslim Indonesia kecuali di KJRI.
Potensi berikutnya, adanya minat dan partisipasi komunitas Muslim berbagai majelis taklim yang jumlahnya sangat banyak atau dapat dikatakan menjamur baik di bawah naungan organisasi maupun secara mandiri dan kegiatanya cukup semarak. Minat BMI terhadap kegiatan pengajian tersebut cukup tinggi, mereka antusias mengikuti pengajian yang dilaksanakan di masjid-masjid dan taman-taman. Tenaga pengajar terdiri dari BMI sendiri dan tenaga khusus yaitu Ustadz Abdul Muaemin Karim,
Selain itu ada juga pengajian online yang dilakukan melalui video call dengan pesantren Al Furqon Gresik dibimbing oleh Ustadz Anwari seminggu sekali setiap hari libur. (Kendi Setiawan)