Cerpen

Sajak Secangkir Kopi dan Puisi-puisi Lainnya

Ahad, 21 Maret 2021 | 01:15 WIB

Sajak Secangkir Kopi dan Puisi-puisi Lainnya

Ilustrasi: freepik

Sajak Secangkir Kopi

Oleh Trisnatun 

 

rinduku tak kau percaya
tak pernah sirna
tetap saja bergelora
setiap kali bayang itu ada
kursi yang diam 
saksi tak bicara
meja yang diam
menguatkan rasa

 

hangat itu terus ada
hangat di jemariku
hangat di telapak tanganku
menelisik menyentuh  pelan
kuhirup wangi aroma
hilang kata-kata
mata melumat rasa
namun gagal kumeneguknya

 

meski sekian cara kucoba lupa
aku tetap tak bisa
terkenang indah yang sempurna
aku terus menunggu
aku terus meragu
sampai dinginku
waktu pun berlalu
masihkah rindu?

 

Ajibarang, 21032021

*

 

Kenduri Cinta Puisi

Oleh Wanto Tirta 

 

Masih tersisa isak tangis
Keluarga mengantar dari kejauhan
Lantaran larangan tak boleh mendekat jasad terinfeksi Covid-19

 

Hamparan puisi mencatat indah
Miris mengiris waktu lautan pandemi
Setahun sudah berlalu
Belum habis cemas pilu

 

Pada bumi puisi
Ingin kutanam benih optimis
Menyeru kalbu gelorakan riang
Menambah imun kuatkan badan
Tebar kebaikan di langit harapan
Sambil menari rayakan cinta kenduri puisi

 

Lautan dunia riuh debur ombak politik
Sampah angkara para pecundang
Hujan kekejaman dan ketidak-adilan
Kesewenangan kaki kekuasaan injak HAM
Dengan nurani embun ingin puisi hadir bersihkan semua itu
Seraya dunia nyaring lantunkan bait-bait puisi berdiksi nurani illahi

21032021

*

 

Puisi Nasi Hangat

Oleh Catur Budijantoro


Asap mengepul hebat
Ketika nasi diangkat
Wangi pulen menyengat
Membuatku jadi tercekat
Mengaduk terus menata
Hingga nasi menyebar merata
Asapnya semakin tak kasat mata
Bentuknya semakin menggoda
Warnanya putih berseri
Siapa pun akan merasa iri
Sekali pun permaisuri
Pasti ia akan lupa diri
Saat nasi terletak
Tercium harum semerbak
Jiwa-jiwa lapar terbelalak
Jiwa tak kuat akan tergeletak
Tak perlu menunggu
Tanpa kata babibu
Kuambil langkah seribu
Demi nasi cantik itu
Hap hap hap
Ditemani sedikit lalap
Kumakan dengan lahap
Perutku jadi pengap


Banjarnegara, 210321
 

*

 

Amarah

Oleh Riswo Mulyadi

 

ingin kupeluk jiwa yang marah
agar memaafkan rasa sakit
nyatanya makin perih
lalu kubaca kisah Muhammad sang pemaaf

 

ludah dibalas doa
serapah dibalas senyum tulus
tanpa amarah

 

kupeluk jiwa-jiwa gelisah
kubisikan puisi cinta

 

Karanganjog, 21 Maret 2021

*

 

O, Dunia...

Oleh Agustav Triono

 

O, dunia masih luka 
Oleh virus merajalela
Tak nampak namun ada 
Antara ada tiada
Setahun sudah
Berkabut wabah
Terbatas gerak langkah
Sunyi dan sepi sekolah
Orang-orang tutup wajah
Lalu lalang orang bimbang
Menipis penghasilan
Sementara kuota anak
Harus terpenuhi banyak
Kugantung harap 
Agar pageblug cepat lenyap
Ramai kembali 
Mengisi hari-hari
Tenggelamkan ketakutan-ketakutan
Bakar kesunyian-kesunyian

 

O, dunia lekaslah sembuh
Lukanya mari basuh 
Langitkan doa 
Agar bumi terobati
Agar semesta senyum kembali 

 

21 Maret 2021