Sajak Secangkir Kopi
Oleh Trisnatun
rinduku tak kau percaya
tak pernah sirna
tetap saja bergelora
setiap kali bayang itu ada
kursi yang diam
saksi tak bicara
meja yang diam
menguatkan rasa
hangat itu terus ada
hangat di jemariku
hangat di telapak tanganku
menelisik menyentuh pelan
kuhirup wangi aroma
hilang kata-kata
mata melumat rasa
namun gagal kumeneguknya
meski sekian cara kucoba lupa
aku tetap tak bisa
terkenang indah yang sempurna
aku terus menunggu
aku terus meragu
sampai dinginku
waktu pun berlalu
masihkah rindu?
Ajibarang, 21032021
*
Kenduri Cinta Puisi
Oleh Wanto Tirta
Masih tersisa isak tangis
Keluarga mengantar dari kejauhan
Lantaran larangan tak boleh mendekat jasad terinfeksi Covid-19
Hamparan puisi mencatat indah
Miris mengiris waktu lautan pandemi
Setahun sudah berlalu
Belum habis cemas pilu
Pada bumi puisi
Ingin kutanam benih optimis
Menyeru kalbu gelorakan riang
Menambah imun kuatkan badan
Tebar kebaikan di langit harapan
Sambil menari rayakan cinta kenduri puisi
Lautan dunia riuh debur ombak politik
Sampah angkara para pecundang
Hujan kekejaman dan ketidak-adilan
Kesewenangan kaki kekuasaan injak HAM
Dengan nurani embun ingin puisi hadir bersihkan semua itu
Seraya dunia nyaring lantunkan bait-bait puisi berdiksi nurani illahi
21032021
*
Puisi Nasi Hangat
Oleh Catur Budijantoro
Asap mengepul hebat
Ketika nasi diangkat
Wangi pulen menyengat
Membuatku jadi tercekat
Mengaduk terus menata
Hingga nasi menyebar merata
Asapnya semakin tak kasat mata
Bentuknya semakin menggoda
Warnanya putih berseri
Siapa pun akan merasa iri
Sekali pun permaisuri
Pasti ia akan lupa diri
Saat nasi terletak
Tercium harum semerbak
Jiwa-jiwa lapar terbelalak
Jiwa tak kuat akan tergeletak
Tak perlu menunggu
Tanpa kata babibu
Kuambil langkah seribu
Demi nasi cantik itu
Hap hap hap
Ditemani sedikit lalap
Kumakan dengan lahap
Perutku jadi pengap
Banjarnegara, 210321
*
Amarah
Oleh Riswo Mulyadi
ingin kupeluk jiwa yang marah
agar memaafkan rasa sakit
nyatanya makin perih
lalu kubaca kisah Muhammad sang pemaaf
ludah dibalas doa
serapah dibalas senyum tulus
tanpa amarah
kupeluk jiwa-jiwa gelisah
kubisikan puisi cinta
Karanganjog, 21 Maret 2021
*
O, Dunia...
Oleh Agustav Triono
O, dunia masih luka
Oleh virus merajalela
Tak nampak namun ada
Antara ada tiada
Setahun sudah
Berkabut wabah
Terbatas gerak langkah
Sunyi dan sepi sekolah
Orang-orang tutup wajah
Lalu lalang orang bimbang
Menipis penghasilan
Sementara kuota anak
Harus terpenuhi banyak
Kugantung harap
Agar pageblug cepat lenyap
Ramai kembali
Mengisi hari-hari
Tenggelamkan ketakutan-ketakutan
Bakar kesunyian-kesunyian
O, dunia lekaslah sembuh
Lukanya mari basuh
Langitkan doa
Agar bumi terobati
Agar semesta senyum kembali
21 Maret 2021