Abah Iswadi Samalanga: Idul Fitri Momentum Meningkatkan Kebaikan
Kamis, 13 Mei 2021 | 11:00 WIB
Abah Iswadi mengatakan esensi Idul Fitri bukanlah dengan memakai sesuatu yang baru baik pakaian baru dan lainnya. (Foto: Helmi Abu Bakar)
Pidie Jaya, NU Online
Kewajiban membayar zakat fitrah di akhir bulan Ramadha merupakan bentuk kepedulian sosial kita sesama sebagai hablum minannas atau hubungan horizontal. Kewajiban zakat fitrah ini adalah bentuk ibadah lainnya dalam bulan Ramadhan yang bersifat hablum mimaallah.
Pimpinan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Nurul Arifah al-Aziziyah Samalanga, Tgk Iswadi Arsyad menyampaikan hal itu dalam khutbah Idul Fitri di Masjid Al-Munawwarah, Gampong Meunasah Bir, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Kamis, (13/5) pagi.
Sosok yang akrab disapa Abah Iswadi itu mengatakan dengan melakukan kewajiban tersebut umat Islam kembali kepada suci (fitrah) setelah mendapatkan derajat muttaqien yang merupakan tujuan berpuasa Ramadhan.
"Kewajiban dan beragam ibadah selama Ramadhan harus kita pertahankan meskipun tidak sempat menambahkan minimal tidak mengurangi ibadah selama Ramadhan," lanjut Ketua Prodi PMI IAI Al-Aziziyah Samalanga.
Abah Iswadi menyebutkan saat Idul Fitri golongan yang paling merasakan kehilangan dan menyesal adalah iblis.
"Golongan iblis merasakan kesedihan karena Allah SWT telah mengampuni dosa manusia. Makanya harus saling memaafkan sesamanya juga istiqamah dalam beribadah," jelasnya.
Tradisi dalam ber-Idul Fitri juga berisi anjuran syariat untuk melakukan introspeksi diri dan meminta maaf terutama kepada orang tua kita.
"Saat Idul Fitri, Allah SWT telah memaafkan kita juga dianjurkan untuk saling memaafkan sesama khususnya orang tua apabila masih hidup. Juga tidak lupa menyisihkan sedikit harta kepada mereka yang telah membesarkan kita. Namun apabila telah tiada untuk mengajak keluarga berziarah ke kuburnya," lanjutnya putra kelahiran Pidie itu.
Ia mengatakan umat Islam dianjurkan untuk mendoakan kepada orang tua. Sepatutnyalah umat Islam mendoakan kepada orang tua, juga menjalin hubungan silaturahim dengan orang-orang yang pernah bersilaturahim dengan orang tua kita.
Abah Iswadi menambahkan, menurut Rasulullah SAW, ada tiga golongan orang yang tidak diampuni selama Idul Fitri. Pertama, orang syirik. Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Ketiga, orang yang memutuskan silaturahmi.
"Momentum Idul Fitri mari kita merajut silaturahim sesama juga berbakti kepada orang tua baik yang masih hidup maupun yang telah tiada," ajaknya.
Selain itu, Abah Iswadi mengatakan esensi Idul Fitri bukanlah dengan memakai sesuatu yang baru baik pakaian baru dan lainnya. Esensi Idul Fitri hari yang umat Islam lalui adalah menambahkan ketaatan. Salah satu tandanya ialah dengan tidak melupakan anak yatim.
"Idul Fitri yang kita rayakan hari ini tidak melupakan keberadaan anak yatim. Momentum Idul Fitri kita berlomba untuk memerhatikan anak yatim, fakir miskin di sekitar kita," ungkapnya.
Ia pun menceritakan sebuah riwayat, gara-gara tidak sempat atau lupa menghiraukan anak yatim Nabi Yakub dalam satu kesempatan, padahal lain waktu tidak melupakan anak yatim, sempat dihukum Allah SWT dengan berpisah dari orang tua selama delapan puluh tahun.
Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Kendi Setiawan
Baca tulisan lainnya dari Helmi Abu Bakar