Daerah

Andalkan Semangat Jihad, Cetak Kader Muda Berkualitas

Kamis, 28 Maret 2013 | 00:02 WIB

Probolinggo, NU Online
Wanita berusia sekitar 42 tahun itu tengah asyik mengajarkan ilmunya kepada anak didiknya di MI Ihyauddiniyah Desa Duren Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo.<>

Dia terlihat semangat dan penuh kasih sayang terhadap seluruh anak didik yang diajarnya. Dialah Junaida seorang guru mata pelajaran Matematika yang mengabdikan dirinya di madrasah yang berada di bawah naungan LP Ma’arif NU Cabang Kraksaan tersebut.

Pemilik sorot mata tajam dan logat Madura yang tegas ini menjalani aktivitasnya mengajar di MI Ihyauddiniyah sejak beberapa tahun terakhir. Namun siapa sangka, dibalik semangat mengajarnya ini, dia hanya menerima upah sebesar Rp. 150 ribu per bulan. Sungguh berbanding terbalik jika dibandingkan dengan pengabdian dan perjuangannya untuk menularkan ilmu di madrasah yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari rumahnya tersebut.

Dalam keterbatasan ekonomi tersebut ternyata dia menyimpan segunung semangat ruhul jihad untuk mencetak anak-anak juara dan membentuk generasi muda handal sebagai kader muda NU yang berkualitas. “Dari rumah, saya selalu berniat akan mengajar, bukan yang lain,” ujar Junaida ketika ditemui NU Online, Senin (25/3).

Tidak mudah untuk menuju ke MI Ihyauddiniyah ini. MI ini berada jauh di lereng Gunung Argopuro tepatnya sekitar 44 kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Probolinggo. Butuh 2 hingga 3 jam untuk sampai ke madrasah tersebut.

Di madrasah tersebut, Junaida mengajar Matematika selama 28 jam seminggu. Meski rumahnya paling jauh daripada guru yang lain sekitar empat kilometer dari madrasah, tetapi dia selalu datang paling awal. Tidak ada benefit khusus yang ia kejar selain jihad untuk menularkan ilmu yang dimilikinya. Karena disana dia digaji hanya Rp. 6 ribu perhari atau sekitar Rp 150 ribu per bulan.

“Rejeki, jodoh dan mati itu Allah yang menentukan. Saya tidak pernah mengeluh dengan gaji yang saya terima. Bagi saya, ilmu yang saya ajarkan bisa bermanfaat bagi anak didik dan mereka menjadi anak yang pintar. Itu sudah lebih dari cukup. Kalau rejeki itu sudah ada yang mengatur,” jelasnya sambil tersenyum.

Wakil Kepala MI Ihyauddiniyah Siti Nur Tamami menjelaskan bahwa semua dewan guru di madrasah tersebut salut atas semangat yang ditunjukkan oleh Junaida. Sebab berkat kerja keras dan perjuangannya yang tidak kenal menyerah, anak didiknya mampu bersaing dengan madrasah lain dalam hal prestasi. 

“Kami merasa sangat banggsa dan beruntung memiliki guru yang memiliki semangat seperti Bu Junaida. Hal ini tentunya menjadi motivasi bagi guru lain untuk tidak semata-mata memandang materi untuk mencetak generasi muda yang berkualitas dan handal,” ungkapnya.

Menurut Nur Tamami, selama mengajar di lembaga pendidikannya, Junaida tidak pernah mengeluh dengan gaji yang diterimanya. Dia terus semangat dalam mendidik siswa-siswi MI Ihyauddiniyah. Upah yang diterimanya sekarang itu sebenarnya jauh lebih baik daripada sebelum MI tersebut menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Alhamdulillah sekarang ada peningkatan setelah adanya dana BOS. Per semester kami mendapat dana BOS sekitar Rp. 16 juta. Hanya 40 persennya saja yang boleh digunakan untuk gaji 13 guru kami,” terangnya.



Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Syamsul Akbar


Terkait