Aswaja for Mualaf, Program Pembinaan untuk Mualaf Jember
Senin, 28 September 2020 | 01:00 WIB
Melalui Aswaja for Mualaf, Aswaja NU Center Jember, Jawa Timur melakukan pembinaan kepada para mualaf. (Foto: Istimewa)
Jember, NU Online
Salah satu program unggulan Aswaja NU Center Jember, Jawa Timur adalah Aswaja for Mualaf. Melalui program ini, Aswaja NU Center Jember melayani ikrar pembacaan syahadat calon mualaf sekaligus melakukan pembinaan.
Seperti pada dua hari lalu, seorang non-Muslim asal Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, menyatakan masuk Islam. Kristiano, namanya. Ikrar syahadatnya ditangani oleh tim Aswaja NU Center Jember di masjid Baitus Salikin, Kelurahan Sempusari, Kecamatan Kaliwates, Jember.
"Untuk tahun ini baru satu orang muallaf yang kami tangani. Tapi tetap jadi perhatian kami pembinaannya bersama dengan muallaf sebelumnya," ujar Sektretaris Aswaja NU Center Jember, Muhammad Kholili di Jember, Sabtu (26/9).
Menurut Ustadz Kholili, sapaan akrabnya, orang masuk Islam bukan urusan siapa-siapa, tapi urusan yang bersangkutan dengan Allah. Sebab, orang masuk Islam terkait dengan hidayah Allah. Soal alasan bisa beragam, tapi intinya adalah keterbukaan hati yang bersangkutan dalam menerima hidayah Allah.
"Namun ketika dia sudah mualaf maka pembinanaanya wajib bagi kita, termasuk NU," tambahnya.
Ia menambahkan, mualaf tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri setelah memutuskan untuk meninggalkan agamanya dan berpindah kepada Islam. Sebab sebagai muallaf, tentu ia masih butuh pembinaan, terutama soal akidah, bahkan ekonominya juga. Sehingga ia kelak ia benar-benar mantap memilih Islam sebagai agama barunya.
"Kenyatannya ada juga orang yang sudah muallaf kembali murtad, dan kasus semacam itu butuh pembinaan yang intensif," terangnya.
Sejauh ini, Aswaja NU Center Jember melakukan pembinaan terhadap para muallaf dengan cara home visit (kunjungan ke rumah). Secara berkala, para mualaf dikunjungi untuk dibina imannya, diajari cara beribadah sesuai syariat Islam ala Ahlissunnah wal Jama'ah (Aswaja), dan juga diserap keluhannya. Selain itu, juga digelar belajar bersama dengan muallaf lainnya, dan ada sistem sorogan yaitu ngaji setoran dari yang dipelajari sebelumnya oleh si mualaf.
"Intinya selain membina imannya, kita layani apa keinginan keagamaannya," terangnya.
Ia mengaku khawatir para mualaf menjadi sasaran empuk kelompok radikal untuk direkrut sebagai anggota. Mereka dikhawatirkan paling mudah terpapar propaganda gerakan radikal yang dalam ajarannya selalu merasa paling benar sendiri, sementata kelompok lain salah.
"Jika mereka (para mualaf) dibiarkan setelah jadi mualaf, dan kemudian mereka terseret kelompok radikal, maka yang berdsoa adalah kita,” terangnya.
Oleh karena itu pembinaan mualaf seyogyanya harus menjadi bagian integral dari ikrar pembacaan syahadat muallaf. Sebab, tanpa pembinaan yang intensif, mereka rawan terkooptasi oleh kelompok-kelompok radikal dan sejenisnya.
"Kuncinya kita memberi perhatian kepada mereka," tuturnya.
Sementara itu, Kristiano menyatakan bersyukur bisa masuk Islam difasilitasi oleh Aswaja NU Center Jember. Ia bertekad untuk menjadi Muslim yang kaffah.
"Saya ingin menjadi orang Islam utuh (kaffah)," ucapnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Kendi Setiawan