Blangikhan, Tradisi Masyarakat Lampung Sambut Bulan Suci Ramadhan
Sabtu, 1 Maret 2025 | 14:30 WIB

Blangikhan merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Lampung yang dilakukan untuk menyucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan, Jumat (28/2/2025) di Bandar Lampung. (Foto: NU Online/Dedek)
Bandar Lampung, NU Online
"Tabik pun, iya pun." Begitu ciri khas salam pembuka masyarakat Lampung yang digunakan untuk memulai atau membuka tradisi Blangikhan.
Blangikhan adalah sebuah prosesi adat yang dimiliki oleh masyarakat Provinsi Lampung untuk menyambut Bulan Ramadhan. Prosesi ini memiliki makna filosofis yang mendalam, yaitu untuk menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan yang penuh berkah tersebut.
Blangikhan merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Lampung yang dilakukan untuk menyucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Ritual ini bertujuan agar setiap warga dapat menyucikan jiwa dan raganya agar tidak mengotori bulan yang penuh dengan kesucian dan keberkahan.
Blangikhan atau kadang disebut Blangiran berasal dari kata langir yang berarti mandi. Namun, mandi yang dimaksud dalam ritual ini bukanlah mandi biasa pada umumnya.
Ada beberapa perlengkapan yang wajib digunakan saat tradisi Blangikhan ini dilakukan, seperti Air Langir, bunga tujuh rupa, daun pandan, dan setanggi. Air Langir yang digunakan dalam prosesi ini berasal dari tujuh sungai yang berada di sekitar tempat pelaksanaan Blangiran. Air tersebut harus diambil dua hari sebelum prosesi dilaksanakan.
Acara diawali dengan prosesi iring-iringan yang melintasi ruas jalan protokol Kota Bandar Lampung, menggunakan Kereta Kencana. Prosesi ini menjadi bagian dari tradisi yang dihormati dan membawa nuansa sakral sebagai simbol penyucian diri dalam rangka menyambut Ramadhan.
Sebelum acara dimulai prosesi Ngarak penyambutan PJ Sekretaris Provinsi Lampung dan Rombongan Forkopimda, Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL) Muli Mekhanai yang diiring rombongan parade budaya Lampung untuk disambut Pengurus DPP Lampung Sai.
Setelah Rombong duduk di kursi kehormatan, diiringi petasan kembang api kemudian disambut dengan Tarian Ketipung.
Pemerintah Provinsi Lampung bersama DPP Lampung Sai dan Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) menggelar tradisi Adat Lampung menyambut datangnya bulan suci Ramadan yakni Blangikhan.
Kegiatan adat budaya Lampung sebagai simbol mensucikan diri menyambut Ibadah Puasa Ramadan tersebut bertajuk ‘Lampung Blangikhan’ digelar pada Jumat 28 Februari 2025 bertempat di Kolam Renang Pahoman, Bandar Lampung UPTD Dinas Pemuda & Olahraga Provinsi Lampung.
Lampung Blangikhan dihadiri secara langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Ketua Umum Lampung Sai Sjachroedin ZP, Suttan Ratu Mangkunegara SBRJ 1, Ketua Umum MPAL H. Rycko Menoza, Suttan Ratu Kaca Marga.
“Pemerintah Provinsi Lampung bersama Lampung Sai dan MPAL ikut andil dalam melestarikan Adat Budaya Lampung yaitu Blangikhan dalam menyambut Ramadan 1446 Hijriah,” ujar Rycko Menoza, Jumat (28 /2/2025).
Blangikhan merupakan tradisi mandi di kolam atau sungai yang menjadi simbol kebersihan jasmani dan rohani sekaligus upaya untuk terus melestarikan adat budaya Lampung dalam rangka menyongsong Bulan Suci Ramadhan.
"Tradisi Lampung ini adalah simbol untuk menyucikan hati, sebagai bekal memasuki bulan suci Ramadhan sehingga dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan khusyuk, biasanya kita laksanakan di sungai tetapi kali ini kita laksanakan di kolam renang karena musim hujan jadi sungainya banjir" ujar Revi salah satu pengurus DPP Lampung Sai.
Revi mengatakan Blangikhan merupakan ritual yang secara turun menurun diwariskan oleh leluhur. Menurutnya, di dalamnya mengandung makna yang sangat dalam dan merupakan pelajaran berharga bagi pemuda generasi penerus.
"Di samping merupakan pertunjukan budaya untuk menunjang tumbuh kembangnya pariwisata Provinsi Lampung juga untuk mempersiapkan diri memasuki bulan Ramadhan," katanya.
Dia berharap ritual tradisi Blangikhan sebagai simbol untuk menyucikan diri dan hati sebagai bekal memasuki bulan suci Ramadhan sekaligus upaya mempertahankan dan melestarikan budaya Lampung agar tidak punah dimakan zaman.
Temu dipecah Aji Pecah Kendi
Dalam rangkaian kegiatan itu, dilakukan prosesi penyerahan sarana Blangikhan berupa guci atau kendi berisi air dari tujuh mata air keramat di Lampung yang dibawa Muli Mekhanai untuk diserahkan kepada Suttan Ratu Kaca Marga kemudian dipecahkan sebagai tanda dimulainya Blangikhan, kemudian dilanjutkan menyiram muli mekhanai untuk mandi di kolam dan diakhiri melepas burung merpati.
Blangiran merupakan ritual yang sangat penting bagi masyarakat Lampung. Tradisi ini telah ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya tak benda Indonesia dari Provinsi Lampung, dalam domain adat istiadat, ritus, dan perayaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 2019.
Kontributor: Dedek Riwanto