Buka Toko Kitab, Kader Ansor Bekasi Ini Peduli Literasi Santri
Selasa, 25 Agustus 2020 | 07:30 WIB
Kader Ansor Kabupaten Bekasi, Muhammad Shofiyulloh di depan toko buku dan kitabnya. (Foto: dok. istimewa)
Bekasi, NU Online
Kader Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Bekasi, Muhammad Shofiyulloh adalah seorang yang peduli terhadap literasi kepesantrenan. Kini, ia membuka toko kitab di Pesantren Motivasi Indonesia (PMI), Setu, Bekasi.
Alasannya membuka toko kitab cukup sederhana, yakni ia berkeinginan untuk menghidupkan kembali semangat kecintaan para santri, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), terhadap kitab-kitab klasik yang mulai terlupakan.
“Saat saya selesai mondok tahun 2017, saya kesulitan mencari toko kitab kuning yang lengkap di Bekasi. Ada, tapi hanya beberapa dan tidak dijual secara online. Jadi kalau punya (toko) sendiri kan enak,” kata Kang Opi, sapaan akrabnya, melalui pesan singkat, Selasa (25/8).
Menurutnya, literasi santri mengenai pengetahuan Islam klasik yang terdapat di kitab-kitab kuning para ulama terdahulu itu sangat penting dihidupkan. Sementara kitab klasik di pinggiran kota, seperti Bekasi, sangat sulit ditemukan.
“Makanya saya merasa ingin menghidupkan budaya kitab kuning ini dan membuka toko kitab kuning. Alhamdulillah, baru seminggu buka tapi sudah banyak yang membeli kitab, baik kitab yang besar maupun yang kecil,” kata pria yang nyantri di Pesantren Lirboyo sejak 2005 ini.
Beberapa kitab yang dijual di toko kitab kuning miliknya itu adalah Tafsir Jalalain, As-Showi Syarah Tafsir Jalalain, Sulam Taufiq, Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Kifayatul Akhyar. Sementara untuk kitab-kitab yang menggabungkan antara kisah hikmah dan tauhid, ia menjual kitab Irsyadul Ibad, Nasoihul Ibad, Ihya Ulumiddin, dan Al-Hikam.
“Banyak banget kitab-kitabnya. Insyaallah lengkap. Selain kitab kuning, saya juga menjual buku-buku modern. Seperti buku Menjadi Manusia Rohani karya Gus Ulil Abshar Abdalla, Kiai Endas karya Pengasuh PMI KH Nurul Huda, dan buku-buku karya ilmiah dari Lirboyo,” jelasnya.
Kang Opi ini berkeinginan, ke depan, ia akan membuat tempat diskusi kecil-kecilan di depan toko kitab. Hal tersebut tentu saja dengan harapan agar budaya diskusi santri, khususnya juga teman-teman kader Ansor dan NU, dapat menghidupkan literasi kepesantrenan.
“Jadi nanti saya mau bikin tempat nongkrong di depan, biar bisa saling diskusi. Kalau sekiranya tidak memadai, pindah ke dalam pesantren. Karena di dalam ada Café Pesantren yang cukup luas,” jelas pria kelahiran Brebes, Jawa Tengah ini.
Kepada GP Ansor, ia berharap agar mampu memperkuat perekonomian para kader. Sehingga, jika ekonomi masing-masing kader sudah kuat, maka berkhidmat pun akan terasa nikmat. Menurutnya, dengan jaringan yang luas dan kader yang sangat banyak, Ansor pasti bisa mewadahi kadernya untuk berdikari di bidang ekonomi.
“Bagi saya, berkhidmat itu juga harus berpikir soal bagaimana kita menghidupi perekonomian dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau kita sudah selesai dengan persoalan kebutuhan ekonomi sehari-hari, insyaallah berkhidmat juga enak,” pungkasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad