Dosen Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) Tebuireng Jombang, Dr Asriana Kibtiyah, saat mengisi acara. (Foto: Dok. FB Asriana Kibtiyah)
Jombang, NU Online
Dosen Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) Tebuireng Jombang, Dr Asriana Kibtiyah, menjelaskan cara membangun karakter di Era Disrupsi. Karakter akan terlihat ketika kita menghadapi problem.
“Justru di Era Disrupsi yang terjadi perubahan secara besar- besaran karakter sejati kita akan muncul," kata Asriana dalam webinar nasional Fakultas Pendidikan Agama Islam Unhasy, Jumat (2/7).
Menurut dia, disrupsi adalah sebuah era di mana terjadi inovasi dan perubahan besar-besaran. Secara fundemental, era disrupsi seperti pandemi Covid-19 mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru.
Perempuan yang akrab disapa Bunda Ana ini menjelaskan, ciri orang yang berkarakter adalah memiliki nilai-nilai yang benar, melakukan hal yang benar, dan menjadi orang yang tepat. Sebab, tidak ada cara yang benar untuk hal yang tidak benar.
Dalam kesempatan itu, ia menyebutkan setidaknya ada tujuh cara membangun karakter yang kuat di era disrupsi. Yaitu menjadi mandiri, menjadi pembelajar sepanjang hayat, menyebarkan kebaikan, mengejar keunggulan.
"Cara lain yaitu memberikan nilai tambah, melatih ketekunan, dan memiliki daya tahan," beber Bunda Ana.
Dosen asal Malang ini menegaskan, kunci menghadapi era disrupsi yang pertama kali yaitu mengenali sumber daya internal. Selanjutnya, sumberdaya ini dilatih agar siap menghadapi perubahan.
Kedua, mengenali sumber daya eksternal. Di sini, kita berpikir apa yang harus diperbaiki dengan sumber daya ini. Sumber daya eksternal bisa dari lingkungan tempat tinggal.
"Terakhir, yang harus kita persiapkan untuk menghadai era disrupsi ini adalah tata nilai, yaitu tentang apa yang harus kita capai. Biar terarah hidupnya," tambah Bunda Ana.
Rektor Unhasy Prof Haris Supratno menambahkan, dalam pengembangan soft skill diharapkan mahasiswa tidak hanya belajar di kampus. Namun, juga belajar di masyarakat supaya saat mereka lulus bisa beradaptasi dengan lingkungan.
"Mahasiswa harus mampu mengembangkan diri melalui proses belajar yang berkelanjutan. Tidak sebatas di ruang kuliah saja," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Musthofa Asrori