Magelang, NU Online
Setiap momen peringatan Hari Imlek yang dirayakan oleh warga Tionghoa di Indonesia, sosok Gus Dur senantiasa dikenang. Gus Dur lah yang memperjuangkan hari penting warga Tionghoa ini sehingga bisa dirayakan dengan bebas di Indonesia.
Dengan kebijakan Gus Dur yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI, masyarakat Tionghoa di Indonesia bisa terus menjaga tradisi leluhur dan budaya mereka seperti Barongsai dan sejenisnya sampai dengan saat ini. Sehingga Gus Dur dikenal sebagai tokoh humanisme dan tokoh pluralisme.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), perjuangan Gus Dur membela kaum minoritas ini bukanlah hal yang baru dalam Islam. Gus Dur mendapatkan ilmu kemanusiaan yang diajarkan dalam Islam dari para guru-gurunya baik di pesantren maupun luar pesantren.
"Ajaran kemanusiaan itu adalah intinya keadilan untuk semua, kesetaraan untuk semua. Berbuat baik terhadap sesama, itulah inti ajaran Gus Dur," jelas Gus Yusuf, Sabtu (25/1).
Hal ini sesuai dengan ajaran Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Mumtahana: 8 yang artinya: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
"Itulah yang diajarkan oleh Gus Dur. Keadilan untuk semua," tegasnya melalui akun Facebooknya.
Dari hal ini, Gus Yusuf pun mengingatkan semua elemen bangsa Indonesia khususnya umat Islam untuk tiga macam ukhuwah. Yang pertama adalah ukhuwah Islamiyah yakni persaudaraan umat Islam. Yang kedua adalah ukhuwah wathaniyah (persaudaraan bangsa).
"Kita mungkin berbeda suku, berbeda agama namun kita terikat oleh satu bingkai merah putih, NKRI. Wajib kita menjaga itu," tegasnya.
Bahkan lanjutnya ada ukhuwah yang lebih universal yakni basyariyah atau persaudaraan umat manusia yang harus di bangun bukan hanya oleh kelompok agama, suku, dan bangsa tertentu, tapi oleh seluruh manusia di muka bumi ini.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin