Hobi Rancang Busana, Dokter Muda asal Jombang ini Sukses Geluti Fashion
Sabtu, 1 Oktober 2022 | 13:30 WIB
Naila Mafazah, mahasiswi kedokteran Unusa yang juga perancang busana. (Foto: Dok. Instagram @naila_mafazah)
Jakarta, NU Online
Mencoba banyak hal selagi muda, begitulah cara pandang Naila Mafazah (24) santri asal Jombang, Jawa Timur, menempa dirinya untuk menekuni beberapa bidang, baik dunia kedokteran sebagai cita-citanya maupun perancang busana sebagai hobinya.
Di samping kesibukannya menjalani koas atau program profesi untuk mendapat gelar dokter, mahasiswi kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) ini juga seorang entrepreneur yang mempunyai usaha brand baju dan aksesoris lainnya.
Bagaimana awal mula Naila menggeluti bidang fashion ini? Ia mengaku menekuni bidang ini berawal dari hobinya dalam menggambar gaun, baju, dan sejenisnya. Meski awalnya hanya untuk koleksi pribadi lambat laun banyak peminat.
“Prosesnya panjang. Mulanya saya suka desain baju, kadang juga jahit sendiri. Kemudian dari situ banyak orang yang support sehingga saya beranikan diri bikin produk sendiri. Awal berusaha bangun yang beli hanya satu dua orang saja akhirnya lama-kelamaan banyak yang minat sehingga saya istiqomah terus buat produk baru,” kata Naila kepada NU Online, Sabtu (1/10/2022).
Untuk mengembangkan bisnisnya itu, Naila mengaku tak hanya fokus mengeluarkan brand baru setiap tiga bulan sekali. Namun, juga menekankan kualitas produk dan strategi pemasaran agar menarik minat konsumen.
“Paling saya tekankan bagaimana pelanggan repeat order (pesan ulang) dengan cara meningkatkan kualitas agar orang kembali datang dan tidak kecewa. Namun, karena saya sembari menyelesaikan koas sehingga launcing-nya tiap tiga bulan sekali. Alhamdulillah sampai sekarang sudah ada dropship-nya sampai ada yang beli dari luar Jawa,” ungkap Naila.
Berkat kreativitas dan idenya itu banyak inovasi dan gebrakan baru dalam memproduksi fashion dan aksesoris. Hal ini dibuktikan dengan beragam jenis dan fokus produknya yang dikeluarkan tiap tiga bulan. “Produknya beragam ada busana, sepatu, jilbab, sandal, tas dan lainnya,” bebernya.
Diceritakan, usaha yang dibangun sejak empat tahun lalu telah merambah pemasarannya secara online melalui akun Instagram @naila.atelier dan saat ini tengah proses membangun butik di Jombang.
“Kalau untuk butik fashion masih dalam proses pembangunan sudah ada tempatnya. Insyallah tahun depan peresmiannya sementara ini penjualan via online. Saat ini fokus menyelesaikan pendidikan dulu kalau kewajiban sudah selesai akan dirombak lagi pemasarannya,” terangnya.
Lebih lanjut Naila mengatakan, untuk mengembangkan bisnisnya ia terus menempa diri belajar kepada desainer profesional di bidangnya agar bisa membantu koreksi desain mana yang bagus dan cocok untuk target sasarannya. Salah satunya dengan mengikuti parade Surabaya Fashion dari acara tersebut dirinya banyak melakukan sosialisasi dengan banyak desainer.
Naila menuturkan, niat awal menggeluti bidang fashion ini untuk membuka lapangan pekerjaan. Hingga saat ini, ia memiliki pegawai yang bertugas untuk desain komputer, packing, dan lainnya.
Nyantri tak halangi jadi dokter
Tiga tahun tinggal di Pondok Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur, tak menyurutkan cita-cita Naila ingin menjadi dokter. Usai menamatkan pendidikan di pesantren salaf ini, ia harus menempuh pendidikan umum di Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
“Saat SMA, saya mondok di pesantren salaf. Jadi, pendidikan formal kurang ditekankan padahal saya sejak kecil punya cita-cita jadi dokter. Namun, saya optimis semua itu tak jadi kendala. Akhirnya, usai lulus SMA saya berhenti satu tahun untuk mengikuti les pendidikan formal buat tes di fakultas kedokteran,” ungkapnya.
“Alhamdulillah diterima. Jadi, sebelumnya saya bolak-balik tes juga tidak diterima. Sempat gagal juga. Tetapi, dari 16 mahasiswa itu tes di gelombang I yang diterima cuma satu orang, yaitu saya,” ungkap Naila seraya bersyukur.
Dukungan keluarga
Dukungan dari keluarga besar membuat dia teguh untuk melanjutkan cita-citanya. Menurut dia, mau seperti apa pun keadaan orang jika semangat dan perjuangan tak surut maka cita-cita bisa diraih.
“Dukungan orang tua dan kerabat terdekat sangat memengaruhi dalam perjalanan hidup saya. Kalau tidak, barangkali saya sudah nyerah dari dulu. Itu yang membuat saya yakin dan percaya diri bahwasanya semua itu bisa dicapai,” jelasnya.
Kompetisi kesehatan di Prancis
Setelah menamatkan pendidikan sarjana kedokteran, Naila sempat mengikuti beberapa kompetisi tingkat international. Salah satunya, lomba grup video edukasi kesehatan di Sorbonne Universite, Paris, Prancis. Ia dan kedua temannya lolos mewakili Unusa ke Prancis dan menyabet juara empat dalam kompetisi tersebut.
“Dari sekitar 200 lebih peserta yang ikut lomba dari seluruh dunia kami masuk menjadi urutan keempat. Maka dari itu, kami diundang ke Prancis. Ini adalah pengalaman berharga bagi saya,” pungkas Naila.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Musthofa Asrori