Sumenep, NU Online
Bagi sebagian besar pasangan suami-istri, memiliki momongan atau anak adalah hal yang sangat didambakan. Tapi ada pula yang sudah lama berkeluarga, tidak dikaruniai keturunan. Guna memberikan semangat pada mereka yang menginginkan keturunan, Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep, Jawa Timur, dr H Slamet Riadi memberikan tips.
1. Rutin Memeriksakan Diri
Dikatakan dr Slamet, persiapan sebelum Program Hamil (Promil) yang pertama adalah rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Pemeriksaan yang dilakukan termasuk ada atau tidaknya riwayat penyakit tertentu yang bisa saja memengaruhi kehamilan.
"Langkah pertama ini wajib dilakukan, apalagi bagi ibu yang hendak menjalani program kehamilan pasca-keguguran," imbaunya saat dikonfirmasi, Kamis (23/3/2023).
Baca Juga
Hukum Wanita Hamil di Luar Nikah
2. Memeriksakan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dijelaskan, memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara berkala sebelum merencanakan kehamilan juga disarankan. Hal tersebut dikarenakan perubahan hormon dalam tubuh saat hamil dapat meningkatkan risiko penyakit gigi dan mulut yang bisa memengaruhi kesehatan janin.
3. Menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dr Slamet menegaskan, bagi wanita yang sudah memiliki berat badan ideal, kemungkinan hamil akan lebih mudah. Untuk menentukan apakah berat badan tergolong ideal atau tidak, ia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan indeks massa tubuh.
"Jika hasilnya berada di atas atau di bawah normal, maka tentukan langkah untuk memperbaikinya. Berat badan calon ibu yang tidak ideal dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti berat badan bayi rendah, atau kelahiran prematur," terangnya.
4. Konsumsi Asam Folat
Saat merencanakan kehamilan, kata dr Slamet, salah satu daftar yang tidak boleh dilewatkan adalah mengonsumsi suplemen asam folat. Secara medis, suplemen ini bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan, mencegah bayi mengalami cacat lahir, atau keguguran.
"Ibu disarankan untuk mengonsumsi 400–600 mikrogram (mcg) setiap harinya," pintanya pada Nahdliyat.
5. Menjalani Pola Hidup Sehat
Menurutnya, menjalani pola hidup sehat menjadi salah satu persiapan sebelum Promil. Saat memutuskan untuk merencanakan kehamilan, ibu sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang, dan menghindari makanan dengan kandungan gula, garam, serta minuman berkafein.
"Sebaiknya, konsumsi makanan dengan kandungan protein, serat, dan antioksidan tinggi, seperti buah, sayuran, daging tanpa lemak, telur, kacang-kacangan, ikan, serta susu dan produk olahannya, misalnya keju dan yoghurt," ungkap ketua LK Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura ini.
6. Rutin Berolahraga
Selain menjaga pola makan, lanjutnya, calon ibu disarankan untuk rutin berolahraga. Hal tersebut dilakukan agar tubuh mampu beradaptasi dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan, hingga waktu persalinan tiba. Ia menyarankan melakukan olahraga setidaknya 30 menit setiap hari. Untuk jenis olahraganya, ibu hamil bisa menyesuaikan dengan kondisi tubuh.
Tak hanya itu, langkah terakhir dan yang paling penting adalah mempersiapkan mental kedua calon orangtua. dr Slamet mewanti-wanti agar tidak cepat atau merasa stres, cemas, sedih, atau khawatir.
"Bagi calon ibu yang tengah merencanakan kehamilan, disarankan untuk mengontrol hal-hal tersebut dengan baik. Pasalnya, gangguan psikologis yang dialami, dapat menurunkan persentase peluang keberhasilan program hamil yang dilakukan," paparnya.
"Bagi pasangan yang sudah lama berkeluarga, namun sulit dikaruniai keturunan untuk periksa lebih lanjut ke dokter kandungan guna mendeteksi letak masalahnya. Kemudian diberi penanganan yang tepat sesuai kondisi pasien," imbuhnya.
Pria yang tergabung dalam Persatuan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Sumenep ini memberikan tips soal usia seorang ibu memulai Promil. Ditegaskan, waktu terbaik memiliki anak adalah menginjak usia akhir 20-an hingga awal 30-an.
Secara medis, lanjutnya, usia 40-an adalah usia yang cukup berisiko untuk kehamilan. Pertimbangannya tidak saja sesederhana perbedaan usia antara orangtua dan anak yang sangat berjarak, tetapi juga kesehatan usia yang tidak muda lagi sehingga daya tahan dan pemulihan butuh lebih lama ketimbang mereka yang berusia muda.
"Anak perempuan berusia 15-19 tahun berpotensi dua kali lipat mengalami depresi pasca persalinan ketimbang wanita berusia 25 tahun ke atas," tandasnya.
Kontributor: Firdausi
Editor: Syamsul Arifin