Ini Pandangan Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jakarta soal Masuki Rumah Ibadah Non-Muslim
Ahad, 3 November 2019 | 17:30 WIB
Umat Islam diperbolehkan memasuki gereja atau tempat ibadah non-Muslim lainnya. Tidak hanya itu, pelaksanaan shalat sekali pun tidak dilarang di dalamnya dengan syarat mendapatkan izin dari penghuni atau pengurus gereja.
“Diperbolehkan memasuki gereja dengan seizin penghuni atau pengurus gereja, diqiyaskan kepada seseorang yang hendak memasuki rumah orang lain. Jika pemilik rumah mengizinkannya, maka ia diperbolehkan memasuki rumahnya. Jika tidak dizinkan, maka ia tidak boleh atau haram memasukinya,” demikian salah satu keputusan Bahstul Masail LBM PWNU DKI Jakarta, Ahad (27/10) pekan lalu.
Anggota sidang mengatakan, memang ada yang berpendapat bahwa memasuki gereja adalah haram, apabila terdapat patung (tashwir, shurah atau tamatshil) di dalamnya. Pendapat ini lemah dan terbantahkan, karena ada bukti sejarah, bahwa Rasulullah Saw pernah masuk dan shalat di dalam Ka’bah pada masa Jahiliyah, padahal di dalamnya terdapat patung. Sebagian sahabat pun pernah memasuki gereja yang di dalamnya terdapat patung.
Abu Musa, salah seorang sahabat Nabi, melaksanakan shalat di gereja Nahya Damaskus. Shalat di gereja, dengan demikian sah, dengan syarat mendapatkan izin dan suci dari najis. Bahkan, Syekh Khathib As-Sarbini dalam Kitab Mughnil Muhtaj (jilid VI, halaman 78) menyatakan bahwa umat Islam diperbolehkan untuk membantu merenovasi gereja yang rapuh atau roboh.
Pembahasan juga berlanjut dengan bagaimana seandainya umat Islam memberikan makanan kepada non-Muslim. Peserta forum ini menyatakan bahwa seorang Muslim boleh menyedekahkan makanan kepada non-Muslim, orang fasiq, bahkan sekali pun kepada kafirul harbiy (non-Muslim yang memerangi umat Islam), dan mereka mendapatkan ganjaran kelak di akhirat.
Hal itu diperkuat dengan fakta sejarah bahwa Nabi Muhammad SAW memberi makanan dan menyuapi kepada seorang Yahudi buta pembenci Nabi Muhammad Saw dengan umpatan, bully, dan mengeluarkan kata-kata kotor. Seorang Yahudi itu tidak tahu kalau yang menyuapi makanan setiap hari itu adalah orang yang paling dibencinya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dia baru diberi tahu oleh Umar bin Khattab setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Peserta yang hadir dalam Bahtsul Masail di antaranya, yaitu KH Mulawarman Hannase, KH Taufik Damas, Ustadz Mukti Ali Qusyairi, Ustadz Zen Ma’arif, Kiai Saepullah, Ustadz Roland Gunawan, Ustadz Ahmad Hilmi, Ustadz Faruq Hamdi, Ustadz Kam Taufiq, Ustadz Ade Pardiansyah, Ustadz Mohammad Khoiron, Ustadz Azaim, Ustadz Diki, Ustadz Fakhru Razi, Bapak Pradhana Adimukti, Ustadz Ahmad Fairuzabadi.
Pewarta: Kendi Setiawan