Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purworejo KHR Abdul Hakim Chamid. (Foto: NU Online/Faizin)
Purworejo, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purworejo KHR Abdul Hakim Chamid, berpulang ke rahmatullah pada Kamis (15/7) pukul 10.00 WIB di RSUD dr Tjitrowardojo. Kabar ini dikonfirmasi oleh salah satu santrinya, Muchammad Chakim.
“Iya, Mas,” ungkapnya, membenarkan.
Menurut Muchammad, jenazah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar dan An-Nur Maron, Loano, tersebut akan dimakamkan sore ini. “Akan dimakamkan sore nanti rencananya, di Komplek SMP Nuril Anwar, sebelah utara pesantren,” ungkapnya.
Kiai Abdul Hakim atau yang akrab disapa Gus Hakim merupakan kiai yang aktif di NU dan berdakwah di tengah masyarakat sekaligus mengajar di pesantren peninggalan pendahulunya. Di NU, jabatan terakhir beliau adalah Rais Syuriyah periode 2019-2024.
Wakil Ketua PCNU Purworejo KH Habib Sholeh, di sela-sela kesibukannya mengurus jenazah, menuturkan bahwa Gus Hakim adalah sosok yang tak lelah melayani umat.
“Beliau selalu berkhidmah untuk ummat, juga seorang yang nasionalis,” terang Habib Sholeh yang masih terpukul atas kehilangan beliau.
Pesan-Pesan Kiai Abdul Hakim
Dalam video yang dirilis PCNU Purworejo Ramadhan lalu, Gus Hakim berpesan untuk selalu punya inspirasi dan niat yang baik. Menurutnya, orang yang selalu punya inspirasi baik, niat baik, maka itu tanda-tanda hatinya baik, walau belum bisa berbuat baik.
“Orang kalau sudah punya inspirasi baik, melihat sesuatu pun akan bernilai positif, bernilai baik. Melihat hamparan alam, bisa melihat kebesaran Allah SWT. Melihat apa pun, ini akan menjadi inspirasi baik,” tuturnya.
Selagi hati kita baik, kata Gus Hakim, pasti selalu bisa berbuat baik. Kesempatan, seperti bersedekah, tidak harus menjadi orang kaya yang banyak harta.
“Orang kaya itu justru orang yang selalu merasa cukup dengan rezekinya Allah dan bisa berbagi dengan sesama,” ungkapnya, dengan mengutip Surat ath-Thalaq ayat 7.
Hal ini sebagai catatan bahwa sedekah itu bukanlah dari jumlah nominalnya berapa. Saat orang dalam keadaan sulit, tapi masih mau memikirkan kebaikan untuk orang lain, itu menjadi harapan yang harus kita selalu camkan.
“Jadi, orang bersedekah tidak harus menunggu banyak uang, banyak harta. Kapan pun. Kenyataan, banyak orang yang banyak harta tapi nggak tersirat untuk membagi. Inilah yang kita khawatirkan untuk kita, na’udzubillaahi min dzalik,” jelasnya.
Kebaikan untuk orang lain, lanjutnya, adalah kebaikan untuk diri kita sendiri dan harus selalu menjadi inspirasi.
“Hakikatnya kita yang butuh untuk bisa berbuat baik, orang lain ini hanya media kita agar kita mendapat berkah dari Allah SWT,” pungkasnya.
Semoga almarhum KH Abdul Hamid Chakim mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya, serta keluarga dan santri yang ditinggalkan diberi kekuatan, kesabaran dan mampu melanjutkan perjuangan. Lahul Faatihah..
Kontributor: Ahmad Naufa Khoirul Faizun
Editor: Muhammad Faizin