Obituari

KH M Amien Noer, Ulama Betawi dan Pendidik Sejati itu Wafat

Kamis, 8 Juli 2021 | 12:00 WIB

KH M Amien Noer, Ulama Betawi dan Pendidik Sejati itu Wafat

KH M Amien Noer. (Foto: Istimewa)

Umat Islam, khususnya masyarakat Betawi, kembali kehilangan seorang ulamanya. Adalah KH M Amien Noer, Ketua Umum MUI Bekasi sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Attaqwa, Bekasi yang dipanggil Allah SWT. Kamis, 8 Juli 2021 bertepatan dengan 27 Dzulqa'dah 1442H, beliau kembali kehadirat Allah SWT. Beliau meninggalkan keteladanan bagi para santrinya, bagi umat, sebagai seorang pendidik sejati dan ulama Betawi yang santun dan berakhlak luhur.


Di mata saya, beliau sosok pendidik sejati  yang ramah kepada siapapun, termasuk kepada saya saat bertemu pertama kali pada Kamis, 1 Maret 2007. Pertemuan itu terjadi ketika saya bertemu untuk melakukan wawancara tentang sosok ayahnya yakni KH Noer Alie, pahlawan nasional dari Betawi, Bekasi. Wawancara ini adalah untuk riset buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi.  


Dengan mudah, saya masuk dan bertemu dengan beliaudi kediamannya di dalam Pondok Pesantren Attaqwa Putri, Ujung Harapan, Bekasi. Saya masuk tanpa dihalangi urusan pemeriksaan oleh keamanan dan tidak perlu menunggu lama. Langsung dari pintu masuk gerbang Pondok Pesantren At-Taqwa Putri, saya diarahkan ke rumah beliau. Tak begitu lama saya menunggu di kursi teras rumah, beliau langsung menyambut saya.


Suasana pertemuan ini makin hangat ketika saya sampaikan kepada beliau bahwa ada titipan salam dari guru saya, KH Abdurrahim Radjiun, putra dari Muallim Radjiun Pekojan. Beliau terkesima dengan titipan salam ini. Karena Muallim Radjiun Pekojan dan KH Abdurrahim Radjiun Pekojan bukanlah dua sosok yang asing untuk beliau.


Muallim Radjiun Pekojan adalah Ulama Betawi yang membantu KH M Amien Noer untuk kuliah di Mesir. Dan Muallim Radjiun Pekojan adalah kawan akrab ayahnya, KH Noer Alie, yang ikut memberikan dukungan ketika KH Noer Alie mendirikan Pondok Pesantren Attaqwa, Bekasi.


Pertemanan Muallim Radjiun Pekojan yang memiliki nama lengkap Muhammad Radjiun dengan KH Noer Alie terjalin sejak keduanya sama-sama sedang menuntut ilmu di Timur Tengah, tepatnya di Makkah, untuk memperdalam ilmu agama. Ketika Perang Dunia II mulai pecah, yang memutuskan jalur laut dan otomatis memutuskan kiriman uang dari tanah air, para pelajar dari Indonesia, khususnya Betawi kesulitan untuk membiayai kebutuhan hidup mereka. Untuk menyambung hidup, Muallim Radjiun Pekojan akhirnya menjadi pemain sepak bola di kesebelasan Nejed.

 

Hasil dari bermain bola ini bukan untuk dinikmatinya sendiri tetapi juga dibagikan kepada puluhan teman-teman dan mukimin dari pelosok Nusantara, di antara temannya tersebut yang menjadi ulama Betawi terkemuka,KH Noer Alie.


Selepas keduanya berada di Tanah Air, pertemanan keduanya ini terus terjalin bahkan sampai kepada anak-anak mereka. Salah seorang putra Muallim Radjiun Pekojan, yaitu KH Abdurrahim Radjiun Pekojan, dipondokkan ke Pondok Pesantren Attaqwa dan diasuh langsung oleh KH Noer Alie sampai lulus. KH Abdurrahim Radjiun pun menjadi akrab dengan anak-anak KH Noer Alie, termasuk dengan anak ketiganya, KH M Amien Noer.


Karena saya merupakan murid dari KH Abdurrahim Radjiun Pekojan, maka dengan mudah saya dan KH Amien Noer berbicara. KH Amien Noer sangat mendukung riset saya sehingga semua data dan informasi tentang KH Noer Alie diberikan kepada saya. Semua hal yang saya tanyakan, beliau jawab.

 

Pertemuan pertama saya ini akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang tidak lagi berurusan dengan riset lagi. Pertemuan selanjutnya lebih karena kedekatan yang saya memposisikan beliau layaknya seorang guru untuk saya, seperti dengan KH Abdurrahim Radjiun Pekojan.


Sudah lama saya tahu jika KH M Amien Noer memiliki kesehatan yang yang tidak baik. Beliau sendiri yang bilang ke saya. Namun, semangat beliau, loyalitas beliau mendidik santrinya  sebagai guru dan Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Attaqwa, Bekasi, semangat beliau mendidik umat, menjadikan sakit beliau tertutupi.

 

Selamat jalan Kiai. Lahu Al-Fatihah...

 

Penulis: Rakhmad Zailani Kiki

Editor: Muhammad Faizin