Daerah

Istighotsah dan Shalawat, NU Papua Berkomitmen Menjadi Benteng Indonesia di Timur Nusantara

Senin, 24 Oktober 2022 | 15:30 WIB

Istighotsah dan Shalawat, NU Papua Berkomitmen Menjadi Benteng Indonesia di Timur Nusantara

Pengurus dan warga NU di Papua usai istighotsah dan shalawat memperingati Hari Santri, Sabtu (22/10/2022) di Jayapura. (Foto: Joko Prayitno)

Jayapura, NU Online

Semangat Hari Santri 2022 menjadi energi istimewa bagi segenap anak bangsa, utamanya para santri, karena tema yang diusung begitu penuh makna yaitu Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan. Tema ini mengandung pesan bahwa santri adalah pribadi yang selalu siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara.


Semangat itu juga terpancar dalam peringatan Hari Santri warga Nahdlatul Ulama di Provinsi Papua. Dalam momentum Hari Santri 2022, NU Papua melaksanakan beberapa kegiatan secara maraton. Salah satunya mengajak NU struktural di Papua mengikuti apel pada Sabtu (22/10/2022). Apel ini diikuti oleh PCNU Kabupaten/Kota di Tanah Papua bersama seluruh pengurus NU. Mereka dengan khidmat menyimak siaran langsung Apel Hari Santri dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur.

 

Adapun puncak acara HSN NU Papua di Kota Jayapura adalah dengan mengadakan kegiatan Istihgotsah dan Shalawat yang diselenggarakan oleh PWNU Papua bekerja sama dengan PCNU Kota Jayapura serta Banomnya. Acara dimulai dengan membaca Yasin Fadhilah dan Shalawat oleh KH Khafiduddin Miftach, Mustasyar PWNU Papua. Kegiatan ditutup dengan pembacaan Ratibul Haddad yang dipimpin oleh KH Akhmad Tohirin, Rais Syuriyah PCNU Kota Jayapura yang juga Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Bustanul Qur’an Koya Barat.


Dalam sambutannya, Ketua PWNU Papua, H Toni Wanggai berpesan bahwa ajang pembuktian kiprah seorang santri terlihat ketika mereka kembali ke masyarakat. Bersama seluruh elemen anak bangsa yang majemuk, santri mampu memberikan manfaat dan maslahat kepada umat.


"Di antaranya adalah menyemai kedamaian seperti mendamaikan dua pihak yang berslisih, memberikan edukasi atau pemahaman tentang suatu ilmu dengan baik dan benar," kata H Toni Wanggai.


Dengan langkah tersebut tercipta suatu sistem tatanan masyarakat madani dengan karakter saling asah, asih, asuh yang memiliki makna saling mendidik, saling mencintai, dan saling membina.


"Dengan demikian, terwujudlah suatu keadaan dimana kita memiliki daya atau berdaya dalam menjaga martabat kemanusiaan dalam hidup berbangsa dan bernegara," pungkasnya.


Kegiatan diakhiri dengan makan bersama menikmati menu soto ayam Lamongan Mas Doyok sembari ngopi membahas permasalahan aktual umat di Papua. Obrolan ringan itu menjadi salah satu cara terbaik memelihara himmah agar tetap satu frekuensi, satu perahu dalam menjaga kedamaian dalam kebhinekaan, sekaligus menjadi benteng NKRI di ujung timur Nusantara tercinta.


Kontributor: Joko Prayitno
Editor: Kendi Setiawan