Keterangan foto: suasana pembukaan Pelatihan Praktisi Ruqyah Aswaja di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (11/12). (Foto: istimewa)
Ketua PW JRA Jakarta, Ade Komarudin mengatakan bahwa kegiatan ini dalam rangka mensyiarkan Islam Ahlussunah wal Jamaah kepada masyarakat melalui pengobatan ruqyah juga mencetak praktisi-praktisinya.
"Di antaranya ya untuk mencetak praktisi-praktisi ruqyah. Di Jakarta juga kan Jamiyah Ruqyah Aswaja ini masih baru, jadi agar lebih bermasyarakat lagi, dan ini kan masih sedikit sekali praktisi-praktisi ruqyah," kata Ade.
Menurutnya, dalam mengikuti pelatihan ini, para peserta diberikan buku pegangan yang berisi teori, dan setelah itu dipraktikkan cara meruqyah.
Sebagai informasi, JRA merupakan organisasi ruqyah yang berada di bawah naungan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama. Wakil Ketua Umum PP JRA, Gus Nur Al-Hajr mengatakan bahwa JRA resmi berdiri pada 2016 setelah sowan ke kiai-kiai sepuh.
Menurut Gus Nur, salah satu tujuan dibentuknya JRA ini untuk meng-counter kelompok yang suka menyalahkan amaliyah-amaliyah NU dan memfitnahnya dengan menyatakan bahwa ruqyah NU berhubungan dengan jin. Atas propaganda tersebut disebutnya tidak sedikit masyarakat yang terpengaruh.
Ia pun mengaku bersyukur karena setelah tiga tahun perjalanannya, JRA mendapat antusias masyarakat. Hasilnya, kini JRA telah tersebar di berbagai daerah, bahkan luar negeri.
"Jamiyah (ruqyah) ini terbesar di Indonesia dan insyaallah terbesar di dunia karena apa, kita ini memiliki 20 ribu anggota tersebar di pelosok Nusantara. Kita mempunyai 17 pengurus wilayah di Indonesia, ada 140 cabang di Indinesia, dan ada 1 pengurus cabang di Turki," kata Gus Nur.
Ia mengatakan bahwa selain menggunakan Al-Qur'an sebagai sumber dalam mengobati pasien, JRA juga dalam praktikknya memakai amalan-amalan yang selama ini dilakukan warga NU, seperti wirid.
"Salah satunya (yang membedakan kita dengan kelompok ruqyah yang di luar NU) adalah kita menjadikan amalan-amalan Nahdliyin sebagai ruqyah, seperti tahlil, kita istisyfa', mencari kesembuhan kepada Allah lewat media tahlil ini sudah bisa menjadi ruqyah, diba', manaqib, selain secara khusus memakai Al-Qur'an sebagai wasilah kita. Hizib-hizib yang diturunkan oleh oleh para kiai di Indonesia bahkan hizib-hizib yang populer kita pakai untik ruqyah. Kalau di minhum (kelompok pembenci NU) tidak memakai (amalan-amalan) itu," terangnya.
Kegiatan ini diikuti ratusan orang dari Jabodetabek. Pelaksanaan pelatihan sendiri berlangsung dari pagi sampai malam hari.
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi