Purworejo, NU Online
Derajat atau nilai manusia tidak ditentukan dari keunggulan nasabnya, kepintaran otaknya, atau kekayaan akan hartanya, tetapi dari budi pekertinya.
"Nilai kita dari akhlak," kata KH Anwar Zahid saat memberikan ceramah pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw 1441 H di Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (27/11).
Hal tersebut bukan tanpa dasar. Nabi Muhammad SAW sebagai seorang yang paling mulia itu dipuji oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an karena akhlaknya.
"Wa innaka la'ala khuluqin adhim, sungguh engkau Muhammad berada pada budi pekerti yang agung," terang dai kondang asal Bojonegoro, Jawa Timur itu.
Kiai Anwar menegaskan bahwa Allah SWT dalam Al-Qur'an tidak memuji Nabi karena nasabnya. Padahal, Rasulullah adalah seorang yang memiliki nasab terbaik sejagat.
Rasul juga tidak dipuji karena kepandaiannya, meski kemampuannya mengolah pikiran itu begitu sempurna. Karenanya, nilai derajat manusia tidak juga ditentukan karena kepintarannya.
Ketampanannya juga tidak menjadi hal yang disebut dalam Al-Qur'an. Saking tampannya, hal tersebut tidak bisa disifati. "Tidak ada seorang pun yang bisa mensifatinya," katanya.
Nilai manusia juga tidak dihitung dari kekayaannya yang melimpah. Qarun meski sangat kaya juga tidak dijamin kemuliaannya. "Kaya tidak menjadi alamat orang baik. Miskin tidak menjadi alamat jelek," kata alumnus Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur itu.
Tidak sampai di situ, Kiai Anwar juga menyebut bahwa derajat manusia tidak ditentukan dari tingginya jabatan. "Dikira jabatannya paling tinggi, bupati, terus derajatnya paling tinggi? Nggak," tegasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin