Tanggamus, NU Online
Wakil Rais Syuriyah PWNU Provinsi Lampung Dr KH Khairuddin Tahmid mengatakan Paradigma Islam Wasathiyah harus bisa menjadi paham keagamaan mainstream umat Islam di Indonesia. Hal ini penting karena kemajemukan agama, budaya dan suku yang ada di Indonesia.
"Paradigma Islam Wasathiyah harus bisa menjadi paham keagamaan mainstream umat Islam di Indonesia," tegasnya saat menjadi pemateri pada Silaturahmi Tokoh Agama dan Sarasehan tentang Radikalisme di Aula Serumpun Padi, Gisting Kabupaten Tanggamus, Rabu (9/8).
Dikatakan KH Khairuddin Tahmid yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung, ditengah kemajemukan agama, budaya dan suku yang ada di Indonesia, bangsa Indoensia mampu menjaga kesejukan dan kedamaian dengan mengedepankan toleransi yang tinggi baik dengan sesama agama maupun dengan pemeluk agama lainnya.
:Hal ini harus terus dipertahankan oleh bangsa Indonesia khususnya umat Islam dengan memegang prinsip paham Washatiyah (moderat),” imbuhnya.
Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa saat ini sudah terjadi pergeseran gerakan keislaman di indonesia kearah yang jika dibiarkan akan rentan memunculkan perselisihan antar ummat Islam maupun dengan umat lain agama.
"Gerakan keislaman di negeri ini mulai bergeser ke kutub ekstrim, baik yang ke kiri maupun yang ke kanan," jelasnya pada Acara yang dibuka langsung oleh Bupati Tanggamus H. Samsul Hadi dan dihadiri oleh ratusan tokoh agama dari beberapa ormas Islam.
Sehingga menurutnya perlu Islam Wasathiyah untuk membendung pergeseran tersebut sehingga kedamaian dan kesejukan yang selama ini dirasakan akan dapat dipertahankan.
Paradigma Islam Wasathiyyah lanjutnya memegang prinsip bahwa NKRI dengan Pancasila sebagai dasarnya adalah sah menurut pandangan Islam.
"Islam Wasatiyyah juga menjadikan ijtihad sebagai otoritas dan aktifitas khusus bagi orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang tidak mudah untuk dipenuhi," ujarnya.
Pemahaman keagamaan Islam Wasathiyah menekankan pentingnya toleransi dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, tanpa kekerasan.
"Islam tidak membenarkan kekerasan, baik kekerasan pemikiran maupun kekerasan tindakan. Islam juga tidak membenarkan terorisme serta menilainya sebagai tindakan yang tidak manusiawi. " katanya.
Islam wasatiyah tegasnya menyelesaikan permasalahan perbedaan dan konflik dengan melalui cara-cara perdamaian. (Muhammad Faizin/Muslim Abdurrahman).