Sesepuh Pondok Buntet Pesantren KH Adib Rofiuddin Izza saat menyampaikan tausiyah pada Khataman Kitab Qisshatul Mi'raj di Masjid Agung Buntet Pesantren, Rabu (7/2/2024) malam. (Foto: tim media Buntet Pesantren/Askar)
Cirebon, NU Online
Sesepuh Pondok Buntet Pesantren KH Adib Rofiuddin Izza menyampaikan bahwa modal utama untuk masuk surga adalah kecintaan terhadap Nabi Muhammad.
"Mencintai Nabi sarana untuk mencapai surga," ujarnya saat menyampaikan tausiyah pada Khataman Kitab Qisshatul Mi'raj di Masjid Agung Buntet Pesantren, Rabu (7/2/2024) malam.
Pandangan ini didasarkan pada sebuah hadits tentang seorang sahabat yang menanyakan kapan hari kiamat. Mendengar pertanyaan itu, Rasulullah meminta agar para sahabatnya mempersiapkan diri dengan rajin shalat dan melaksanakan kewajiban, serta menjauhi larangan agama.
Namun bukannya mengiyakan, sahabat tersebut justru menjawab bahwa shalatnya tidak sempurna dan banyak. Hanya saja, ia punya modal mencintai Allah dan Rasul-Nya. Mendengar itu, Rasulullah menyampaikan bahwa orang akan bersama dengan yang dicintainya.
"Seseorang akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya. Ketika sahabat menjawab mencintai Rasul, nanti akan bersama-sama Rasul," ujarnya.
Karena itu, Kiai Adib menegaskan bahwa mengaji kitab Qisshatul Mi'raj, sebagaimana yang dilakukan di Pondok Buntet Pesantren, merupakan salah satu bentuk upaya belajar mencintai Rasulullah.
"Dengan kita mengaji kitab Qisshatul Mi'raj, maka mudah-mudahan terbawa, terkena haditsnya Rasulullah. Kita akan bersama-sama Nabi di surga," katanya.
Kelas seorang santri masih belum tahapannya mencintai Rasulullah, tetapi masih dalam tahapan belajar mencintai. "Kalian mengaji kitab Qisshatul Mi'raj bentuk belajar mencintai Rasulullah," ujarnya.
Sebab, tegas Kiai Adib, cinta itu tumbuh melalui proses dan tidak sekonyong-konyong begitu saja. Tak terkecuali cinta terhadap Rasulullah yang memerlukan waktu.
"(Sekarang) baru belajar mencintai Nabi. Kalau terus dipupuk, bisa sampai tahap mencintai Nabi," lanjutnya.
Contoh seorang yang sudah dalam tahapan mencintai Nabi Muhammad adalah Uwais Al-Qarni, seorang tabiin. Ia pernah berangkat ke Madinah untuk berjumpa Rasulullah, tetapi tidak bertemu karena Nabi sedang tidak berada di Madinah. Uwais masuk Islam melalui seorang sahabat Nabi, Abu Musa al-Asy'ari.
Kiai Adib menceritakan betapa Uwais sangat mencintai Nabi manakala ia diceritakan gigi Nabi pecah terkena panah kafir Quraisy saat Perang Uhud. Menyimak itu, Uwais merasakan betapa prihatinnya Nabi pada waktu itu dan mendengar gigi Nabi sampai rontok.
"Maka Uwais memukulkan batu sampai giginya rontok. Karena Nabi giginya rontok," jelas Kiai Adib.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Adib juga menegaskan bahwa Rasulullah sangat merindukan umat yang tidak tahu terhadap Rasulullah tetapi percaya, mengimani, mengikuti, menjalankan, dan mengamalkan segala ajaran Nabi.