Kiai Buntet Jelaskan Surat Al-Insyirah Bisa Jadi Bekal saat Hadapi Krisis
Sabtu, 8 April 2023 | 05:00 WIB
Pengasuh Pesantren Darussalam, Buntet Pesantren Cirebon, KH Tb Ahmad Rivqi Chowwash saat mengisi sebuah pengajian. (Foto: Dok Pribadi)
Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Darussalam Buntet Pesantren Cirebon, KH Tb Ahmad Rivqi Chowwash menjelaskan bahwa Surat Al-Insyirah bisa menjadi bekal saat menghadapi krisis. Pasalnya, surat ini turun untuk menghibur Rasulullah saw ketika dalam kondisi terpuruk.
“Allah menghibur dan meyakinkan Rasulullah agar beliau selalu optimis,” katanya kepada NU Online, Jumat (7/4/2023).
Dijelaskan, turunnya surat ini dilatarbelakangi oleh masyarakat kafir Quraisy yang terus menerus melakukan intimidasi terhadap Rasulullah saw yang saat itu hidup sangat sederhana. Mereka juga mengolok-olok Nabi bahkan mengajak para pengikutnya untuk meninggalkan Islam.
“Dengan sombongnya, kafir Quraisy menyuruh agar kembali pada ajaran jahiliyah dan akan diberi imbalan berupa harta, makanan, kenyamanan, dan sebagainya,” ungkapnya.
Pernyataan kafir Quraisy tersebut membuat hati Rasulullah menjadi sedih. Tidak lama kemudian Malaikat Jibril turun membawa wahyu Surat Al-Insyirah ayat 1: Alam nasyrah laka shadraka [Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad)].
“Sebagian ulama ada yang mengatakan: Alam nulayyin laka qalbaka (Bukankah Allah membuat hatimu menjadi lembut atau toleran),” ujar pria yang biasa disapa Kiai Entus itu.
Para ulama, kata dia, menafsirkan kalimat nulayyin laka qalbaka sebagai hati yang dipenuhi dengan hikmah dan keimanan. Hal ini masih berhubungan dengan kisah saat Malaikat Jibril membelah dada Nabi dan mensucikannya.
Kiai Entus kemudian melanjutkan ayat kedua yang memberikan kabar gembira bahwa beban Nabi diringankan oleh Allah: Wa wadla‘nâ ‘anka wizrak (Dan kami meringankan bebanmu) yang kemudian dilanjutkan dengan ayat ketiga, yaitu alladzî anqadla dhahrak (beban yang memberatkan punggungmu).
“Ayat berikutnya Allah memberikan kabar gembira lagi, wa rafa‘nâ laka dzikrak, dan kami (Allah) luhurkan sebutanmu (Muhammad),” imbuhnya.
Setelah beban Nabi Muhammad dihilangkan, sambung dia, kemudian Allah mengangkat derajat Nabi Muhammad sebagai makhluk yang memiliki kedudukan paling tinggi.
“Ayat selanjutnya fa inna ma‘al-‘usri yusrâ (Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan),” imbuhnya.
Para ulama menyebutkan bahwa di dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa di dalam kefakiran akan selalu ada kekayaan. Dalam kesempitan ada kelapangan. Dalam kesedihan ada kebahagiaan. Dalam hal-hal yang membuat tak nyaman akan ada kesenangan.
Kiai Entus kemudian menerangkan ayat keenam yang mempunyai kalimat mirip sekali dengan ayat kelima, yaitu inna ma‘al-‘usri yusrâ. Menurutnya, hal ini pernah disinggung oleh Imam al-Farra yang menjelaskan bahwa jika ada kalimat terdapat pengulangan isim nakirah, maka isim nakirah pertama dan kedua mempunyai pengertian yang berbeda.
“Dengan demikian, dua lafadz yusrâ dalam Surat al-Insyirah itu adalah dua kemudahan yang berbeda,” jelas Muqaddam Tarekat Tijaniyyah itu.
Ayat selanjutnya adalah fa idzâ faraghta fanshab (Maka apabila engkau telah selesai mengerjakan ibadahmu maka berdoalah). Menurutnya, lafadz fanshab adalah perintah untuk berdoa setelah melakukan ibadah wajib.
“Kemudian, Wa ilâ rabbika farghab (Dan cintailah Tuhanmu). Dua ayat terakhir ini menjadi dorongan untuk melakukan doa disertai dengan perintah untuk mencintai Allah, dzat yang maha derma,” bebernya.
Ia menegaskan, Allah telah membuktikan kalam-Nya dalam Surat al-Insyirah. Nabi Muhammad mendapatkan kebahagiaan setelah semua kesedihan yang terjadi. Di akhir hayatnya, Rasulullah menguasai hampir seluruh Makkah, Madinah, Yaman, Tihamah, bahkan Iraq dan Palestina. Beliau memiliki harta yang berlimpah ruah.
Nyata benar bahwa setiap ayat dalam surat ini menjadi penghibur bagi Rasulullah. Tentu saja menjadi penghibur juga bagi umatnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan para ulama bahwa khithab Allah bagi Rasulullah berlaku juga bagi umatnya.
“Maka ketika sedang dilanda krisis, ingatlah dengan Surat al-Insyirah dan yakinlah bahwa di setiap kesusahan terdapat dua kemudahan,” pungkasnya.
Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Musthofa Asrori