Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar menjelaskan model tawasul yang dilarang. Tawasul yang dimaksud yaitu meminta selain kepada Allah.
Pernyataan tegas ini disampaikannya saat acara "Sholawat Nariyah dan Doa untuk Keselamatan Bangsa dari Wabah" yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama, Ahad (4/7).
"Tawasul yang dilarang itu minta kepada makhluk. Datang ke kuburan, lalu minta dimudahkan jodoh, naik pangkat dan rezeki. Kita NU menganggap ini syirik. Karena hanya Allah yang bisa mengabulkan permintaan makhluk," jelasnya.
Tawasul, katanya, sejak zaman Nabi Muhammad SAW sudah ada. Hal ini terekam dalam kitab Shahih Bukhari dengan redaksi diriwayatkan dari Anas bin Malik. Saat itu, Umar bin Khatthab sedih melihat masyarakat tertimpa paceklik, dia meminta hujan kepada Allah dengan wasilah Abbas bin Abdul Mutthalib, dia kemudian berdoa:
"Ya Allah, dulu kami bertawasul kepada-Mu dengan perantara nabi kami, lalu kami diberi hujan. Kini kami bertawasul kepadamu dengan perantara paman nabi kami, berikanlah kami hujan". Perawi Hadits mengatakan "Mereka pun diberi hujan."
"Tawasul adalah bagian dari ajaran Islam, asli 100 persen sunnah Rasulullah SAW," imbuhnya.
Tokoh agama asal Malang ini menambahkan jika tawasul itu ada dua model, pertama yaitu tawasul dengan orang sholeh dan tawasul dengan amal sholeh.
Kiai Marzuki memberikan contoh tawasul dengan orang sholeh bisa dengan cara meminta kepada Allah, lalu menyebutkan nama orang sholeh tersebut dan kemudian menyebutkan hajatnya.
Sedangkan tawasul dengan amal sholeh dalam praktiknya yaitu melakukan sedekah atau membaca Al-Qur'an lalu meminta kepada Allah dengan lantaran amal tersebut.
Kiai Marzuki menegaskan jika tawasul itu secara umum minta kepada Allah, dengan lantaran hamba-Nya yang saleh. Semisal ziarah ke makam Rasulullah dan lalu berkata, Ya Allah dengan kemulian yang Engkau berikan kepada Nabi Muhammad maka kabulkan doanya kami. Engkau selamatkan kami atau semoga Allah menurunkan hujan, lantaran wajah Nabi yang mulia itu.
"Berdoa kepada Allah, lalu menyebut hambanya yang dicintai-Nya, kemudian menyebut keinginan. Karena Allah sangat mencintai Nabi maka Dia suka kekasihnya disebutkan. Tentu peluang diterimanya lebih besar," ujar Kiai Marzuki.
Menurut Kiai Marzuki, beberapa orang yang anti tawasul sebenarnya mereka juga melakukan tawasul. Hanya tidak sadar. Ini terlihat saat seseorang itu lagi umrah, dari ormas manapun, pasti menyempatkan doa di Multazam, di Hijir Ismail, doa di dekat makam Rasulullah dan di Jabal Rahmah karena mumpung ada di Makkah.
"Terkabulnya doa mereka ini karena hebatnya orang itu atau karena barakahnya tempat? Jika doanya dikabulkan sebab hebatnya si pendoa, maka di mana saja ia berdoa tentu dikabulkan. Faktanya tidak begitu. Berarti ini ada pengaruh tempat," tutupnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin