Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar, menjelaskan tentang pentingnya amanah kepada ilmu agat tidak ditambah ataupun dikurangi. Al-Qur’an telah mengamanatkan bahwa kita harus amanah kepada ilmu.
“Artinya tidak ditambah-tambahi, tidak diubah-ubah. Jangan pula dikurangi dan disembunyikan. Sampaikan secara terbuka dan tanggung jawab,” tutur Kiai Marzuki, saat menyampaikan pengantar seminar bertema Strategi Turost Pesantren Beradaptasi dengan Ekosistem Digital, di Aula KH M Hasyim Asy'ari Kantor PWNU Jawa Timur, Selasa (26/7/2022).
Menurut dia, Allah ta’ala berfirman bahwa mereka yang tidak jujur dalam menginformasikan wahyu-Nya, ada yang ditutup-tutupi dan ditambah-tambahi sehingga umat tidak menerima wahyu secara benar hingga umat tersesat, maka orang-orang yang melakukan itu akan mendapat laknat dari Allah.
Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Malang ini menduga ada kejanggalan di dunia Islam pada pemaknaan Al-Qur'an. “Saya menduga ada konspirasi untuk mengubah-ubah Islam. Memang lafdziyah Al-Qur'an memang masih utuh. Tapi, makna dan tafsirnya diselewengkan. Akhirnya umat jadi kacau,” paparnya.
Selain itu, ia menambahkan, di dalam Shahih al-Bukhari ada lebih dari 40-an hadis sudah hilang, yang dicetak oleh orang yang bukan dari pihak Ahlussunah Wal Jamaah.
“Kalimat-kalimat di kitab I’anatut Thalibin beberapa sudah diubah. Begitu juga di tafsir Ibnu Katsir beberapa kalimatnya sudah diubah. Hal seperti itu di samping haram juga menyesatkan umat,” tandasnya.
Kiai Marzuki mengungkapkan, ada sebuah dalil tapi di masa tertentu hilang sampai beberapa umat ngotot tidak ada dalilnya dan dihukumi bid’ah. “Itulah dampak dari menambah lafadz, mengurang atau menambahi hadits atau tahrif (melakukan penyelewengan),” terangnya.
Kiai Marzuki menceritakan, dalam kitab An-Nushuush al-Islamiyyah Fi Raddi a’la Madzhabi Wahabiyyah halaman 12 menginformasikan bahwa pendiri Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahhab, itu dididik oleh Jeffry Hemper, intelijen Yahudi dari Inggris, yang bertujuan untuk mencuci otak Muhammad bin Abdul Wahhab agar merusak Islam dari dalam.
“Hanya saja, kitab-kitab asli yang diajarkan di pesantren yang akhirnya kita semua bisa berislam secara asli seperti belajar shahih al-Bukhari, shahih Muslim dan lain-lain,” terangnya.
Namun, menurut Kiai Marzuki, hal itu hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu, karena butuh waktu mondok bertahun-tahun untuk belajar kitab tersebut.
“Padahal yang butuh kebenaran ini bukan hanya anak-anak pondok saja, orang awam berhak mendapatkannya,” tandas Kiai Marzuki.
Ia berharap, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dekat dengan menteri (pemerintah-red) bisa memohon untuk kerja sama dengan TV Nasional.
“Semoga bisa menyampaikan itu semua dengan para masyayekh dan kader-kader yang sudah mengerti Islam. Misalnya, ternyata salaman setelah shalat dalilnya ada di kitab al-Bukhari nomor 4377. Ternyata selamatan di rumah duka dalilnya ada di kitab Bukhari nomor 5417,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori